Jumat, 06 November 2015

RESPON MAHASISWA TERHADAP KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM ORGANISASI LSO (LEMBAGA SEMI OTONOM) DI FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pandangan masyarakat tentang wanita hanya sebatas bawahan lelaki. Sejumlah orang menganggap bahwa perempuan tidak memiliki keterampilan dan sifat yang di perlukan dalam suatu organisasi, seperti bijaksana, bertanggung jawab dan lain-lain. Pada tahun 1970an, masyarakat tidak memberikan kesempatan kepada kaum perempuan untuk menjadi pemimpin. Setiap tahun jumlah perempuan dalam posisi kepemimpinan dan akademis semakin meningkat dan menghasilkan perubahan dramatis dalam masyarakat. Hal itu menjadi pemicu yang kuat, minat akademisi dalam kajian pemimpin perempuan.[1]
Akademisi mulai bertanya, “bisakah perempuan memimpin?” dan itu sekarang menjadi titik kontroversial. Selain itu, dengan semakin banyak perempuan di dalam peran kepemimpinan korporasi dan politis, kita bisa menyebut pemimpin perempuan yang sangat efektif, terutama mantan perdana menteri perempuan, seperti Benazir Bhutto (Pakistan), Margaret Thatcher (Inggris), Gto Marlem Brundtland (Norwegia), and Indira Gandhi (India), dan pemimpin dunia sekarang seperti, Chancellor Angela Merkel dari Jerman dan Presiden Dilma Rouself dari Brazil. Di luar dari bidang politik kita bisa menyebut sejumlah pemimpin perempuan yang sangat efektif termasuk CEO PepsiCO Indra Nooyi, CEO Avon Andrea Jung, jenderal bintang empat, Ann E. Dunwoody, dan pendiri Teach for Amerika Wendy Kopp.[2]
Berbicara mengenai kepemimpinan perempuan adalah banyak hal yang mengundang persepsi negatif di dalamnya. Para lelaki menganggap bahwa perempuan tidak sanggup dan tidak layak untuk menjadi pemimpin, karena perempuan tidak memiliki sifat-sifat yang dimiliki oleh lelaki dan menganggap perempuan tidak dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi di dalam organisasi yang dipimpinnya. Padahal, dalam sejarah Indonesia terdapat beberapa tokoh perempuan yang dapat menjadi pemimpin, salah satunya adalah Megawati Soekarno Putri berhasil menjadi salah satu pemimpin Negara Indonesia.[3] Hal ini merupakan bukti nyata bahwa wanita mampu menjadi seorang Kepala Negara.
Eksistensi perempuan tidak hanya dalam dunia politik saja, melainkan dapat terjadi dikalangan kampus atau Perguruan Tinggi. Pada zaman sekarang ini, sudah banyak perempuan yang berpartisipasi aktif dalam suatu organisasi kampus. Salah satu perguruan tinggi di Jakarta adalah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Susunan organisasi di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sesuai dengan Keputusan Menteri Agama Repubilk Indonesia nomor 414 tahun 2002, adalah :
1.      Dewan penyantun
2.      Rektor dan Pembantu rektor
3.      Senat Universitas
4.      Fakultas
5.      Lembaga penelitian
6.      Lembaga pengabdian pada masyarakat
7.      Lembaga peningkatan dan jaminan mutu
8.      Satuan pemeriksaan intern
9.      Biro administrasi akademik dan kemahasiswaan
10.  Biro perencanaan, keuangan dan sistem informasi
11.  Biro administrasi umum dan kepegawaian
12.  Unit pelaksana teknis.[4]
Dalam rangka menunjang pembinaan mahasiswa yang berdasarkan program Tridharma Perguruan Tinggi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memfasilitasi mahasiswa untuk membentuk student government yang terdiri atas lembaga-lembaga kemahasiswaan tingkat Universitas, Fakultas, Jurusan atau Program Studi di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu terdapat pula Unit-unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang bergerak dalam satu bidang tertentu.[5]
Berdasarkan keputusan menteri Dikbud nomor 155/U/1998 dan keputusan Dirjen Dikti no. 26/DIKTI/2002 tentang pedoman umum organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi menetapkan bahwa, organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi diselenggarakan atas dasar prinsip dari, oleh dan untuk mahasiswa, dengan memberikan peranan dan kekuasaan yang lebih besar kepada mahasiswa (pasal 2). Organisasi kemahasiswaan merupakan wahana pengembangan diri mahasiswa yang diharapkan dapat menampung kebutuhan untuk menyalurkan minat dan kegemaran, meningkatkan kesejahteraan, sekaligus menjadi wadah kegiatan peningkatan penalaran dan keilmuan mahasiswa.[6]
Salah satu lembaga kemahasiswaan ditingkat Fakultas adalah Lembaga Semi Otonom (LSO). LSO merupakan organisasi intrakampus yang berada ditingkat Fakultas. Salah satu Fakultas yang ada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK). Ada beberapa LSO yang berada di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yaitu : KMLA Garuda, Paduan Suara Voice Of Communication (VOC), Komunitas Edukasi Seni Tari Saman (SKETSA), Klise Fotografi, Kontras Musik dan Radio Dakwah (RDK).[7]
Salah satu LSO yang dipimpin oleh perempuan adalah LSO Komunitas Edukasi Seni Tari Saman (SKETSA). Berdirinya SKETSA berawal dari mimpi mahasiswi FIDKOM, yaitu Nandya Zahra Yusella, Ajeng Retno, Dwi Isti Anggraini, Ayu Diantika, Ni’matul Farida, Maryam Khoirunnisa dan Silvi Apriyanti yang memiliki bakat dibidang Tari Saman, tetapi tidak memiliki wadah untuk bisa mengapresiasikannya. Seiring berjalannya waktu, akhirnya pada tanggal 1 April 2011, SKETSA diberi kepercayaan dan semangat yang tinggi oleh Presiden BEM Fidkom untuk menjadi salah satu LSO di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Susunan kepengurusan LSO SKETSA :
Ketua Umum                   : Beni Fauziah Jehan
Sekretaris Umum             : Shabrina Dwi Pitarini
Wakil Sekretaris               : Ika Nurjayanti
Bendahara Umum            : Pipit Febriyanti.[8]
Terlihat jelas bahwa perempuan juga dapat mempimpin sebuah organisasi. Sebenarnya, selama ini perempuan dapat berperan aktif dalam organisasi, tetapi masalahnya adalah perempuan tidak memiliki kesempatan untuk bereperan aktif didalamnya dan menjadi pemimpin dalam sebuah organisasi.
Masalah tersebut diatas memberikan suatu inspirasi kami untuk meneliti respon mahasiswa terhadap kepemimpinan perempuan yang terdapat di organisasi Lembaga Semi Otonom (LSO) yang berada diruang lingkup Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Apakah kepemimpinan perempuan harus selalu dianggap sebelah mata atau dapat diperjuangkan bahkan diseimbangkan dengan eksistensi kepemimpinan laki-laki.

B.     Batasan dan Rumusan Masalah
1.      Batasan Masalah
Menyadari pengetahuan penulis dalam pengetahuan, waktu dan dana. Maka penelitian ini penulis batasi pada Respon Mahasiswa Terhadap Kepemimpinan Perempuan dalam Organisasi LSO atau Lembaga Semi Otonom di ruang lingkup Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Respon yang penulis maksud adalah respon kognitif, respon afektif dan respon konatif (psikomotorik). Mahasiswa yang penulis maksud adalah Mahasiswa aktif Bimbingan dan Penyuluhan Islam Semester III, V dan beberapa anggota LSO Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.      Perumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian diantaranya adalah sebagai berikut:
1.       Bagaimanakah respon kognitif, afektif dan konatif mahasiswa terhadap kepemimpinan perempuan dalam Organisasi Lembaga Semi Otonom (LSO) di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi?
2.       Apakah ada perbedaan respon yang signifikan berdasarkan mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam dengan anggota LSO terhadap kepemimpinan perempuan dalam Organisasi Lembaga Semi Otonom (LSO) di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi?

C.    Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.      Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan memiliki tujuan agar memudahkan peneliti melakukan penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, Dalam melakukan penelitian tentunya peneliti mempunyai tujuan yang ingin dicapai diantaranya :
1.      Untuk mengetahui respon kognitif, afektif dan konatif mahasiswa terhadap kepemimpinan perempuan dalam Organisasi Lembaga Semi Otonom (LSO) di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
2.      Untuk mengetahui perbedaan respon respon yang signifikan berdasarkan mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam dengan anggota LSO terhadap kepemimpinan perempuan dalam Organisasi Lembaga Semi Otonom (LSO) di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
2.      Manfaat Penelitian
1.      Manfaat dalam segi akademik atau jurusan adalah dapat memberikan kontribusi positif bagi kaum perempuan dalam berorganisasi di Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) maupun Fakultas.
2.      Manfaat dalam segi pengetahuan adalah Mahasiswa dapat mengetahui kesetaraan gender mengenai kepemimpinan antara perempuan dan laki-laki.
3.      Manfaat dalam Lembaga Semi Otonom (LSO) adalah mahasiswa mampu menyalurkan inspirasi dan bakat dalam organisasi, tanpa membedakan antara laki-laki dan perempuan.

D.    Tinjauan Pustaka
Penulis menemukan ada beberapa tugas penelitian dalam bentuk skripsi yang pernah membahas permasalahan seputar kepemimpinan perempuan dalam sebuah organisasi. Penulis melakukan penelitian terkait respon mahasiswa terhadap kepemimpinan perempuan dalam organisasi LSO di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Dalam penelitin ini, penulis menggunakan sumber-sumber buku mengenai teori respon, teori kepemimpinan perempuan yang terkait LSO di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Judul dari penelitian kami adalah “Respon Mahasiswa Terhadap Kepemimpinan Perempuan dalam Organisasi Lembaga Semi Otonom (LSO) di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

E.       Sistematika Penulisan
Tugas penelitian ini agar teratur secara sistematis, peneliti membagi pembahasan   menjadi 5 bab, masing-masing bab terdiri dari sub bab, yakni :
BAB I.            PENDAHULUAN membahas tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II.           KAJIAN TEORI membahas tentang Teori Respon, Teori Kepemimpinan Perempuan dan Teori Organisasi.
BAB III.         METODOLOGI PENELITIAN membahas tentang metode, desain, jumlah pupulasi, sampel, subjek dan objek, sampai dengan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini.
BAB IV.                     TEMUAN DAN ANALISIS DATA
BAB V.           PENUTUP membahas kesimpulan dan saran-saran.








BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.    Respon
1.      Definisi Respon
Menurut Djalaludin Rakhmat, respon adalah suatu kegiatan (activity) dari organisme itu bukanlah semata-mata suatu gerakan yang positif, setiap jenis kegiatan yang ditimbulkan oleh suatu perangsang dapat juga disebut respon. Secara umum respon atau tanggapan dapat diartikan sebagai hasil atau kesan yang didapat dari pengamatan tentang subjek ,peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan-pesan.[9]
Menurut Soenarjo, istilah respon dalam komunikasi adalah kegiatan komunikasi yang diharapkan mempunyai hasil atau dalam setelah komunikasi dinamakan efek. Suatu kegiatan komunikasi itu memberikan efek berupa respon dari komunikasi terhadap pesan yang dilancarkan oleh komunikator. Sedangkan menurut Poerdarwaminta, respon diartikan sebagai tenggapan, reaksi dan jawaban. Respon akan muncul dalam penerimaan pesan setelah terjadinya serangkaian komunikasi.[10]
Respon adalah setiap tingkah laku pada hakekatnya merupakan tanggapan atau balasan (respon) terhadap rangsangan atau stimulus.[11] Respon adalah suatu reaksi atau jawaban yang bergantung pada stimulus atau merupakan hasil stimulus tersebut tersebut. Individu manusia berperan serta sebagai pengendali antara stimulus dan respon sehingga yang menentukan bentuk  respon individu terhadap stimulus adalah stimulus dan faktor individu itu sendiri. Interaksi antara beberapa faktor dari luar berupa objek, orang-orang dan dalam berupa sikap, mati dan emosi pengaruh masa lampau dan sebagainya akhirnya menentukan bentuk perilaku yang ditampilkan seseorang dapat dalam bentuk perilaku yang ditampilkan seseorang. Respon seseorang dapat dalam bentuk perilaku yang ditampilkan seseorang.[12]
Apabila respon positif maka orang yang besangkutan cenderung untuk menyukai atau mendekati objek, sedangkan respon negative cenderung untuk menjauhi objek tersebut.
2.      Macam-macam Respon
Istilah respon dalam komunikasi adalah kegiatan komunikasi yang diharapkan mempunyai hasil atau dalam setelah komunikasi dinamakan efek. Suatu kegiatan komunikasi memberikan efek nerupa respon dari komunikasi terhadap pesan yang dilancarkan oleh komunikator. Menurut Steven M. Chaffe, respon dibagi menjadi 3:
a.       Kognisi (pengetahuan)
Istilah kognisi berasal dari kata cognoscare yang artinya mengetahui. Aspek kognisi banyak mempermasalahkan bagaimana cara memperoleh pehamanan tentang dirinya dan lingkungannya, serta bagaimana dengan kesadaran itu ia berinteraksi dengan lingkungannya. Setiap perilaku sadar manusia didahului oleh proses kognisi yang memberi arah terhadap perilaku dan setiap lahiriahnya baik dirasakan maupun tidak dirasakan.[13]
b.      Afeksi
Sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak, beroperasi, berfikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi dab nilai. Sikap timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir tetapi marupakan hasil belajar. Sikap mempunyai daya dorong atau  motivasi dan bersifat evaluative, artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan. Objek sikap dirasakan adanya motivasi, tujuan, nilai, dan kebutuan. Sikap merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu untuk berkelakukan dengan suatu pola tertentu terhadap suatu objek berupa manusia, hewan atau benda akibat pendirian atau persamaannya terhadap objek tersebut.[14]
c.       Psikomotorik (Tindakan)
Psikomotorik yaitu keseluruhan respon (reaksi) yang mencerminkan pilihan seseorang yang mempunyai akibat (efek) terhadap lingkungannya.[15] Suatu tinbdakan dilatarbelaknagi oleh adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian sesuatu agar kebutuhan tersebut terpenuhi. Tindakan yang ditujukan oleh aspek psikomotorik merupakan bentuk keterampilan motorik yang diperoleh peternak dari suatu proses belajar.[16] Psikomotorik yang berhubungan dengan kebiasaan bertindak yang merupakan aspek perilaku yang menetap.[17]
3.      Proses terjadinya Stimulus Respon
Teori S-O-R adalah kepanjangan dari Stimulus-Organism-Response. Teori S-O-R berasal dari psikologi  kemudian menjadi teori komunikasi. Karena objek material dari psikologi dan komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen, sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi (psikomotorik). Dalam proses berkenaan dengan sikap adalah aspek “how” bukan “what” atau “why” How to change the attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan dalam proses perubahan sikap. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikasn mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikaan.[18]
Menurtut stimulus respon ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khususnya terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.[19] Jadi, unsur-unsur model ini adalah:
a.       Pesan (stimulus)
b.      Komunikan (organisme)
c.       Efek (respon)
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikaan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan, proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya, setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya maka terjadilah kesediaan untuk merubah sikap.[20]
Teori S-O-R adalah salah satu aliran yang mewarnai teori-teori yang terdapat dalam komunikasi massa. Aliran ini beranggapan bahwa media massa mempunya efek langsung yang dapat mempengaruhi individu sebagai audien (penonton). Prinsip stimulus respon pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, dimana efek merupakan hasil reaksi terhadap stimuli tertentu. Dengan demikian seseorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatu kaitan erat antara pesan-pesan media dan reaksi audien. Elemen-elemen utama dari teori ini adalah pesan stimulus sesorang dan efek (respon).[21]
4.      Faktor Terbentuknya Respon
Tanggapan yang dilakukan seseorang dapat terjadi jika terpenuhi faktor penyebabnya. Hal ini perlu diketahui supaya individu yang bersangkutan dapat menanggapi dengan baik.[22] Pada proses awalnya individu mengadakan tanggapan tidak hanya dari stimulus yang yang ditimbulkan oleh keadaan sekitar. Tidak semua stimulus dapat respon individu, sebab individu melakukan stimulus yang ada persesuaian atau yang menarik dirinya.[23] Dengan demikian maka akan ditanggapi adalah individu tergantung pada stimulus juga tergantung pada individu itu sendiri.
Dengan kata lain, stimulus akan mendapatkan pemilihan dan individu akan bergantung pada dua faktor:
a.       Faktor internal
Faktor yang ada dari dalam individu manusia itu sendiri dari dua unsur yakni rohanin dan jasmani. Seseorang mengadakan tanggapan  terhadap stimulus tetap dipengaruhi oleh eksistensi kedua unsur tersebut. Apabila terganggu salah satu unsur saja, maka akan melahirkan hasil tanggapan yang berbeda intensitasnya pada diri individu yang melakukan tanggapan atau akan berbeda tanggapannya tersebut antara satu orang dengan orang lain. Unsur-unsur jasmani atau fisiologis meliputu keberadaan dan cara kerja atau alat indera, perasaan, akal, fantasi, pandangan jiwa, motivasi dan sebagainya.
b.      Faktor eksternal
Faktor yang ada pada lingkungan. faktor ini insensitas dan jenis benda perangsang atau ornag menyebutnya dengan faktor stimulus.[24] Bimo walgito dalam bukunya menyebutkan bahwa faktor psikis berhubungan dengan objek menimbulkan stimulus dan stimulus akan mengenai alat indera.[25]

B.     Kepemimpinan Perempuan
1.      Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses di mana individu memengaruhi sekelompok individu untuk mencapai tujuan bersama. Penetapan kepemimpinan sebagai suatu proses berarti, bukan sifat yang ada di dalam diri seorang pemimpin tetapi suatu “transaksi” yang terjadi antara pemimpin dan pengikut.[26] Proses mengatakan bahwa pemimpin mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pengikut. Hal itu menekankan bahwa kepemimpinan itu tidak bersifat linear dan bukan peristiwa satu arah, tetapi merupakan peristiwa yang interaktif. Kalau kepemimpinan di definisikan dengan cara ini, maka kepemimpinan dapat di miliki oleh semua orang.[27] Hal itu tidak terbatas pada pemimpin yang di tugaskan secara resmi di dalam suatu kelompok.
Kepemimpinan mencakup pengaruh. Kepemimpinan peduli dengan cara pemimpin mempengaruhi pengikutnya. Pengaruh adalah elemen penting kepemimpinan. Tanpa pengaruh, kepemimpinan tidak etis.[28]
Kepemimpinan terjadi di dalam kelompok.kelompok adalah konteks di mana kepemimpinan terjadi. Kepemimpinan termasuk aktivitas untuk mempengaruhi sekelompok manusia yang memiliki tujuan bersama. Bisa saja ini merupakan kelompok tugas kecil, sekelompok komunitas, atau sekelompok besar orang yang mencakup seluruh organisasi. Kepemimpinan adalah tentang seorang individu yang mempengaruhi sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama. Sekelompok orang tersebut diperlukan agar kepemimpinan terjadi. Program pelatihan kepemimpinan yang mengajari orang-orang untuk memimpin diri mereka sendiri, tidak dianggap sebagai bagian dari kepemimpinan di dalam definisi  yang ada di dalam diskusi ini.[29]
Kepemimpinan mencakup perhatian pada tujuan bersama. Pemimpin mengarahkan energy mereka kepada individu yang mencoba mencapai sesuatu secara bersama. Secara umum bahwasannya pemimpin  dan pengikut memiliki tujuan bersama. Perhatian terhadap tujuan bersama memberi kepemimpinan suatu nada tambahan yang etis, karena hal itu menekankan kebutuhan bagi pemimpin untuk bekerja bersama pengikut guna mencapai tujuan tertentu. Penekanan pada mutualitas mengurangi kemungkinan bahwa pemimpin melakukan tindakan kepada pengikutnya dalam cara yang tidak etis atau secara paksa. Hal itu juga meningkatkan kemungkinan bahwa pemimpin dan pengikut akan bekerja bersama demi kebaikan bersama.
Orang yang melaksanakan kepemimpinan akan disebut pemimpin, dan mereka yang diperintah oleh orang yang melaksanakan kepemimpinan itu disebut sebgai pengikut. Baik pemimpin maupun pengikut terlibat bersama dalam proses kepemimpinan. Pemimpin memerlukan pengikut, dan pengikut memerlukan pemimpin. Walaupun pemimpin dan pengikut terhubung dengan erat pemimpinlah yang seringkali memulai hubungan, menciptakan jalinan komunikasi, dan memikul beban untuk mempertahankan hubungan.
Pemimpin memiliki tanggungjawab etis untuk memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah pengikut. Seperti disebutkan oleh Burns kepemimpinan terkadang dilihat dari  kaum elit karena kekuasaan penuh dan kegunaan sering kali dianggap berasal dari pemimpin di dalam hubungan pemimpin-pengikut. Pemimpin tidak lebih tinggi atau lebih baik dibandingkan pengikut. Pemimpin dan pengikut harus dipahami dalam hubungannya satu sama lain dan secara kolektif. Kepemimpinan dan pengikutnya ada dalam hubungan  kepemimpinan secara bersama-sama, dan merupakan dua sisi mata uang yang sama.[30]
2.      Perempuan dan Kepemimpinan
Ketika lebih banyak perempuan yang menduduki posisi kepemimpinan, pertanyaan seperti apakah mereka memipin dengan gaya yang berbeda di bandingkan lelaki dan apakah perempuan atau lelaki lebih efektif sebagai pemimpin, telah mendapat perhatian yang lebih besar. Yang menarik, penulis di media-media besar menegaskan bahwa ada perbedaan gender dalam gaya kepemimpinan, dan bahwa kepemimpinan perempuan lebih efektif dalam masyarakat kontemporer. Tetapi, peneliti memiliki pandangan yang jauh lebih beragam. Mereka banyak memperdebatkan bahwa gender tidak memiliki hubungan, atau sebenarnya hanya memiliki sedikit hubungan dengan gaya kepemimpinan dan keefektifan.
Penelitian awal menganalisis perbedaan gaya anatara perempuan dan laki-laki yang dibandingkan baik dengan gaya yang berorientasi tugas dan berorientasi hubungan, atau agay demokratis dan otokratis. Dalam meta-analisis, Eagly dan Jhonson mendapati bahwa, berkebalikan dengan penjelasan stereotip, perempuan tidak memimpin daalam sikap yang lebih berorientasi hubungan dan kurang berorientasi tugas, dibandingkan lelaki dalam kajian organisasi. Perbedaan ini di dapati hanya dalam latar di mana perilaku diatur oleh peran social, seperti latar eksperimen. Satu-satunya perbedaan gender yang kuat yang ditemukan di beragam latar adalah bahwa perempuan memimpin dengan cara yang lebih demokratis, atau partisipatif, di bandingkan laki-laki.[31]
Penting untuk mempertimbangkan hasil ini dalam hubungannya dengan temuan meta-analisis skala besar dari literature tentang evaluasi pemimpin perempuan dan laki-laki, yang setra di semua karakteristik dan perilaku kepemimpinan. Kajian ini mengngkapkan bahwa perempuan tidak terlalu di hargai kalau dibandingkan dengan laki-laki ketika mereka memimpin dalam cara yang maskulin, ketika mereka menduduki peran kepemimpinan yang maskulin (pelatih atletik atau majer di pabrik) dan ketika para pengevaluasinya adalah lelaki. Temuan ini mengiidkasikan bahwa lebih banyak penggunaan gaya demokratis perempuan yang tampak adaptif, karena mereka menggunakan gaya yang menghasilkan evaluasi yang paling di sukai.
Penelitian yang lebih baru menganalisis perbedaan gender dalam kepemimpinan transformasional. Suatu met-analisis oleh Eagly, Johanessen-schmidt, dan Van-engen menemukan perbedaan kecil tetapi penting antara pemimpin perempuan dan laki-laki pada gaya ini, yaitu gaya perempuan cenderung lebih transformasional dari pada laki-laki, dan perempuan cenderung melakukan imbalan kondisional di bandingkan laki-laki.[32] Walaupun gaya ini memprediksi kefektifan, temuan terbaru menyatakan bahwa tindakan yang menyepelekan pemimpin perempuan oleh bawahan laki-laki, terlihat telah meluas ke pemimpin transformasional perempuan.[33]
Selain gaya kepemimpinan, keefektifan pemimpin laki-laki dan perempuan telah di nilai dalam sejumlah kajian. Dalam meta-analisis  yang membandingkan keefektifan pemimpin laki-laki dan perempuan, lelaki dan perempuan secara keseluruhan sam-sama merupakan pemimpin yang efektif, tetapi ada perbedaan gender, yaitu perempuan dan laki-laki lebih efektif dlam peran kepemimpinan yang selaras dengan gender mereka.[34] Jadi, perempuan kurang efektif di bandingkan laki-laki di dalam posisi militer, tetapi mereka agak lebih efektif dari pada laik-laki dalam bidang pendidikan, pemerintahan, dan organisasi layanan social. Mereka juga jauh lebih efektif dari pada laki-laki yang ada di posisi manajemen menengah, di mana keterampilan antar pribadi sangat di hargai. Selain itu, perempuan tidak terlalu efektif dari pada laki-laki, ketika mayoritas bawahan mereka adalah laki-laki atau ketika kinerja dia sebagai pemimpin lebih banyak di nilai oleh laki-laki.
Secara keseluruhan, penelitian empiris mendukung perbedaan kecil dalam gaya kefektifan kepemimpinan anatara laki-laki dan perempuan. Perempuan mengalami sedikit masalah keefektifan dalam peran pemimpin laki-laki, sementara perna yang lebih feminim menawarkan mereka sejumlah keuntungan.[35] Selain itu, perempuan mengungguli laki-laki dalam penggunaan gaya demokratis atau pasrtisipatif, dan mereka lebih senang menggunakan perilaku kepemimpinan transformasional serta imbalan kondisional, gaya yang terkait dengan pemikiran kontemporer dari kepemimpinan yang efektif.[36]

C.    Pengertian Organisasi
1.      Pengertian Organisasi
Dalam bagian ini akan di kemukakan beberapa pandangan tentang konsepsi organisasi baik dari pandangan klasik maupun pandangan modern. Pandangan klasik tentang organisasi dinyatakan oleh Max Waber adalah mendemonstrasikan pendapatnya mengenai birokrasi. Max Waber membedakan suatu kelompok kerja sama, dengan organisasi masyarakat. Menurut dia, kelompok kerjasama adalah suatu tata hubungan sosial yang di hubungkan dan di batasi oleh aturan-aturan. Aturan-aturan ini sejauh mungkin dapat memaksa seseorang untuk melakukan kerja sebagai suatu fungsinya yang ajek, baik di lakukan oleh pimpinan maupun oleh pegawai-pegawai administrasi lainnya.[37]
Aspek yang di kemukakan oleh Max Weber ini ialah bahwa suatu organisasi atau kelompok kerja sama ini mempunyai unsure kekayaan sebagai berikut :
a.       Organisasi merupakan tata hubungan sosial, dalam hal ini seorang individu melakukan proses interaksi sesamanya di dalam organisasi tersebut.
b.      Organisasi mempunyai batasan-batasan tertentu, dengan demikian seseorang yang melakukan hubungan interaksi dengan lainnya tidak atas kemauan sendiri. Mereka di batasi oleh aturan-aturan tertentu.
c.       Organisasi merupakan suatu kumpulan tata aturan, yang bisa membedakan suatu organisasi dengan kumpulan-kumpulan kemasyarakatan. Tata aturan ini menyusun proses interaksi di antara orang-orang yang bekerja sama didalamnya, sehingga interaksi tersebut tidak muncul begitu saja.
d.      Organisasi merupakan suatu kerangka hubungan yang berstruktur di dalamnya berisi wewenang, tanggung jawab, dan pembagian kerja untuk menjalankan sesuatu fungsi tertentu. Istilah lain dari unsure ini ialah terdapatnya hirarki. Konsekuensi dari adanya hirarki ini bahwa di dalam organisasi ada pimpinan atau kepala dan bawahan atau stap.[38]
Aspek lain yang barangkali sangat penting di kemukakan di sini, bahwa Max Weber memberikan tambahan kriteria organisasi di lihat dari sifat kerjasama yang di lakukan orang-orang tersebut. Sifat keja sama dalam organisasi lebih bercorak kerja sama asosiatif, dan bukannya kerja sama yang komunal atau kerja bersama-sama seperti dalam keluarga.[39]
Pengertian-pengertian organisasi yang di kemukakan di atas adalah hanya beberapa dari sekian banyak rumusan pengertian yang di kemukakan dari sekian banyak rumusan pengertian yang di kemukakan oleh para ahlinya. Usaha penampilan beberapa rumusan tersebut merupakan jawaban dari pertanyaan awal tentang apa dan bagaimana organisasi itu.[40]
Dari pendapat-pendapat di atas, nampaknya organisasi dapat di rumuskan sebgaian kolektivitas orang-orang yang bekerja sama secara sadar dan sengaja untuk mencapai tujuan tertentu. Kolektivitas tersebut berstruktur, berbatas dan beridentitas yang dapat di bedakan dengan kolektivitas-kolektivitas lainnya.
Organisasi menurut Everett Rogers adalah suatu sistem individu yang stabil yang bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama lewat suatu struktur hirarki dan pembagian kerja.[41]
Sedangkan Sondang P. Siagian menyatakan Organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, dan terikat secara formal dalam satu ikatan hirarki di mana selalu terdapat hubungan antara seorang atau sekelompok orang yang disebut pimpinan dan seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan.[42]
Berbagai literatur tentang teori organisasi memberikan petunjuk bahwa para ahli lumrah melakukan pembahasan tentang organisasi dari dua segi pandangan, yaitu organisasi yang ditelaah dengan pendekatan struktural dan organisasi yang disoroti dengan pendekatan keperilakuan (behavioral approach). Pendekatan yang sifatnya struktural meyoroti organisasi sebagai wadah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendekatan demikian melihat organisasi sebagai sesuatu yang relatif statis.[43]
Organisasi dalam arti statis adalah wadah tempat penyelenggaraan berbagai kegiatan dengan penggambaran yang jelas tentang hirarkhi kedudukan, jabatan serta jaringan saluran wewenang dan pertanggungan jawab.[44]
Kelompok lain dari paradigma organisasi ialah melihat organisasi sebagai suatu organism, yakni sebgai suatu sistem yang hidup dengan penekananya pada unsur-unsur manusia sebagai pendukung utamanya. Konsepsi ini tidak lagi memandang produksi satu-satunya yang paling utama dalam organisasi, sehingga berakibat efisiensi dan efektivitas merupakan warna dari pencapaian tujuan dalam organisasi tersebut. Hal ini di anggap penting dalam konsepsi paradigm organism ini ialah manusianya, yang mempunyai keseimbangan dengan faktor lingkungan. Pandangan baku dari konsepsi ini ialah menganalisis organisasi dalam situasi yang senyatanya, dan tidak memandang model normatif sebagai satu-satunya hampiran bagi analisis organisasi. Oleh karena itu pendekatan dari paradigm organism ini banyak mempergunakan pendekatan sistem terbuka ini, paradigm ini banyak mempertimbangkan variabel-variabel yang jauh berbeda dan lebih luas di bandingkan sistem tertutup. Kalau di dalam konsep tradisional atau klasik mereka banyak mempertimbangan hal-hal yang berhubungan dengan struktur variabel-variabel yang berkaitan dengana struktur seperti misalnya hirarki, wewenang, tanggung jawab. Maka dalam konsepsi sistem terbuka maka lebih menitik beratkan pada faktor manusianya dan cara manusia tersebut berperilaku dalam kegiatan-kegiatan organisasi yang senyatanya. Adapun perilaku orang-orang tersebut banyak di tentukan oleh faktor lingkungannya di samping dari faktor dirinya sendiri. Itulah sebabnya konsepsi ini memperhitungkan variabel-variabel lingkungan.[45]
2.      Fungsi Organisasi
Organisasi mempunyai beberapa fungsi diantaranya adalah:
a.       Memenuhi Kebutuhan Pokok Organisasi
Setiap organisasi mempunyai kebutuhan pokok masing-masing dalam rangka kelangsungan hidup organisasi tersebut. Kadang-kadang beberapa organisasi memerlukan barang-barang yang berharga, tenaga kerja yang terampil, gedung yang bersih dan lengkap peralatannya. Semuanya ini merupakan tanggung jawab organisasi untuk memenuhinya dan tanggung jawab anggotalah yang membantu organisasi dalam menentukan barang-barang yang diperlukan.[46]
b.      Mengembangkan Tugas dan Tanggung Jawab
Kebanyakan organisasi bekerja dengan bermacam-macam standar etis tertentu. Ini berarti bahwa organisasi harus hidup sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh organisasi maupun standar masyarakat dimana organisasi itu berada. Standar ini memberikan organisasi satu set tanggung jawab yang harus dilakukan oleh para anggota organisasi, baik itu ada hubungannya dengan produk yang mereka buat atau tidak.[47]











BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.    Pendekatan dan Desain Penelitian
Kegunaan dari suatu penelitian menurut Nazir adalah untuk menyelidiki suatu keadaan, dan konsekuensi dari keadaan tersebut.[48] Dalam penelitian, dikenal adanya dua metodologi (proses, prinsip dan prosedur yang ditempuh seorang peneliti dalam mendekati permasalahan dan mencari jawabannya) yang dikenal dengan istilah kualitatif dan kuantitatif.[49]
Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena pendekatan kuantitatif dapat menghasilkan data yang akurat setelah perhitungan yang tepat. Pendekatan kuantitatif merupakan salah satu pendekatan dalam penelitian yang lebih ditekankan pada data yang dapat dihitung untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh.[50]
Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filasafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapakan. Penelitian kuantitatif sifatnya objektif, sehingga kita bisa melihat langsung sebuah keadaan.[51]
Sedangkan desain penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya.[52] Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung.
Penelitian ini dipusatkan untuk mengetahui respon mahasiswa Prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta semester III, V dan anggota LSO.

B.     Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian mengenai judul ini dilakukan di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun alasan memilih lokasi ini, karena:
1.      Lokasi penelitian sangat mudah dijangkau oleh peneliti.
2.      Peneliti merupakan Mahasiswi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, sehingga data dapat dengan mudah diakses.
3.      Adanya keterbatasan biaya, waktu dan tenaga yang dimiliki oleh peneliti.
Adapun waktu pelaksanaan penelitian dilakukan selama 1 bulan yaitu bulan Desember 2014.

C.    Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi, yaitu keseluruhan subjek penelitian untuk keperluan penelitian. Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Efendi “Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan di duga”.[53]
Populasi dari penelitian ini adalah Mahasiswa/i Aktif Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Semester III, V dan beberapa anggota LSO. Pada tahun akademik 2012/2013 Mahasiswa semester III yang masih aktif itu berjumlah 66 orang yang terdiri dari dua kelas A dan B. Kelas A 35 orang dan kelas B 31 orang. Mahasiswa semester V yang masih aktif itu berjumlah 33 orang yang terdiri dari satu kelas dan beberapa anggota LSO yang berjumlah 13. Jadi, jumlah keseluruhan populasi adalah 112 orang.
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap dapat mewakili populasi tersebut. Menurut Suharsimi Arikunto, “Apabila objeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil 10-15% atau 20-25%, tergantung setidak-tidaknya dari kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga, dan dana”.[54]
Menarik sampel atau bagian populasi yang representatif, dilakukan dengan dua teknik penarikan, yaitu :
1.      Probability Sampling (penarikan sampel secara acak)
Penarikan sampel didasarkan pada pendugaan obyektif dari karakteristik populasi secara aca. Yakni setiap anggota populasi memiliki kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Beberapa teknik penarikan sampel secara acak :
a.       Random sederhana
b.      Random sistematik
c.       Random berjenjang
d.      Random berumpun
e.       Random area
f.       Random bertahap ganda.[55]
2.      Non Probability Sampling (penarikan sampel tidak acak)
Penarikan sampel dilakukan dengan mengandalkan pada pengetahuan, kepercayaan dan pengalaman peneliti sendiri. Teknik ini disamping biasanya karena menjadi alternatif bagi penghematan biaya, waktu dan tenaga, juga dipilih karena pertimbangan tidak adanya kerangka sampel yang mewakili keseluruhan populasi. Dengan teknik ini, anggota populasi tidak diberi peluang yang sama untuk menjadi sampel, karena pertimbangan tertentu. Yang termasuk teknik non random ini adalah :[56]


a.       Accidental Sampling
Peneliti memilih orang-orang atau responden yang terdekat dengannya atau memilih responden yang pertamakali berhasil dijumpai.
b.      Quota Sampling
Analogi dari sampel stratifikasi pada penarikan sampel, dimana ada lapisan-lapisan yang ditenukan oleh peneliti.
c.       Snow Ball Sampling
Peneliti mulai menarik dari satu orang yang diharapkan memberikan informasi untuk menarik sampel berikutnya.[57]
Penentuan sampel penelitian ini dengan menggunakan teknik Accidental Sampling, yaitu peneliti memilih orang-orang atau responden yang terdekat dengan peneliti. Adapun penghitungan besarnya sample dari populasi di atas dengan cara mengambil 35% dari jumlah mahasiswa aktif semester III yang berjumlah 66 orang menjadi 23 orang, 50% dari jumlah mahasiswa aktif semester V yang berjumlah 33 orang menjadi 17 orang, dan beberapa anggota LSO yang berjumlah 13 orang. Jadi, total keseluruhan sample adalah 53 orang.

D.    Variabel dan Definisi Operasional
Variabel adalah segala sesuatu yang menunjukkan adanya variasi (bukan hanya satu macam saja), baik bentuknya, besarnya, kualitasnya, nilainya, warnanya dan sebagainya.[58] Dalam proses penganalisanya, penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu sebagai berikut:
1.      Variabel Independen (variabel bebas), adalah variabel yang akan mempengaruhi secara positif atau negatif, variabel terikat dalam pola hubungannya. Variabel independen pada penelitian ini adalah kepemimpinan perempuan dalam organisasi LSO (lembaga semi otonom) di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
2.      Variabel Dependen (variabel tidak bebas atau terikat), adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Pembedaan variabel ini kita lakukan jika kita akan menghubungkan atau mengkaitkan satu variabel dengan variabel yang lain. Akan tetapi, bila kita hanya akan menggambarkan bagaimana kondisi variabel yang terkandung dalam tiap- tiap masalah, pembedaan variabel tidak perlu, cukup kita menyebutkan variabelnya saja. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah mengenai respon mahasiswa yang meliputi kognitif, afektif, dan konatif.
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel, dengan kata lain definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur variabel. Definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang menggunakan variabel yang sama.[59]

NO
VARIABEL
DEFINISI OPERASIONAL
INDIKATOR
PERNYATAAN
1
Respon Kognitif
Kognitif adalah pengetahuan mahasiswa tentang kepemimpinan perempuan.
Sikap dalam berorganisasi.
1.Organisasi adalah suatu wadah untuk mengembangkan diri.
2.Visi, Misi dan Tujuan organisasi sesuai dengan prinsip hidup saya.
3.Saya aktif di organisasi LSO fakultas.
4.Saya mengisi waktu luang saya dengan berorganisasi.
5.Saya dapat ilmu pengetahuan tentang cara berorganisasi yang baik.
6.Saya dengan senang hati mengikuti kegiatan atau acara organisasi LSO fakultas.
7.Saya lebih mementigkan organisasi dari pada kuliah
8.Saya mampu berkomunikasi dengan baik setelah mengikuti organisasi.
9.Saya orang yang berpengaruh dalam organisasi LSO fakultas.
10.Saya merupakan organisatoris yang handal dan dapat bertugas dengan baik.
11.Saya merasa bangga aktif di organisasi.
12.Saya menerima semua kritikan yang membantu untuk lebih baik dalam berorganisasi.
13.Saya patuh terhadap semua aturan yang ada dalam organisasi LSO.
14.Jika saya diam saya tidak akan mendapatkan ilmu berorganisasi yang baik.
15.Dalam berorganisasi menambah pengetahuan dan wawasan  yang luas.
16.Organisasi itu penting untuk mendapat pengetahuan baru.
17.Saya berorganisasi di waktu luang jam mata kuliah.
2
Respon
Afektif
Afektif adalah keberanian responden mencalonkan menjadi seorang pemimpin dalam organisasi LSO.
Sikap dan perilaku setelah  berorganisasi.
1.Saya menampilkan sikap atau tindakan yang menunjukan kepercayaan diri dalam organisasi LSO fakultas.
2.Saya bersikap tegas dalam berorganisasi dalam LSO fakultas.
3.Saya melaksanakan tugas dengan baik dalam berorganisasi LSO fakultas.
4.Saya berusaha setenang mungkin dalam setiap pengambilan keputusan saat bermusyawarah.
5.Saya selalu mendiskusikan pendapat saya kepada orang lain.
6.Saya selalu mengeluarkan pendapat saat sedang musyawarah.
7.Saya bersikap profesional dalam menjalankan tugas dalam organisasi.
8.Saya mengikuti peraturan dan prosedur organisasi.
9.Saya mengenal banyak teman selain dari jurusan setelah mengikuti organisasi.
10.Saya dan anggota lain selalu evaluasi jika mengalami miskomunikasi.
11.Selama saya berada di dalam organisasi pemikiran selalu di hargai
12.Dengan mengikuti organisasi banyak waktu kuliah yang terabaikan.
13.Saya mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman selama berada di organisasi yang di jalani.
14.Saya senang menjadi anggota, karena mendapatkan tugas yang sesuai dengan tanggung jawab.
15.Saya tidak ingin menjadi anggota organisasi karena tidak ada untungnya.
16.Menurut saya berada di dalam organisasi membuat kuliah terbengkalai.
17.Organisasi tidak menjamin masa depan saya.
1.8Dengan mengikuti organisasi saya menemukan ilmu pengetahuan dan wawasan yang tidak ditemukan di bangku kuliah.

3
Respon Konatif
Konatif adalah jika ada kesempatan, perempuan mampu berpartisipasi aktif dalam organisasi LSO.
Sikap yang Anda miliki.
1.Saya membiasakan diri untuk disiplin.
2.Saya bersikap jujur.
3.Saya bersikap tanggung jawab.
4.Saya bekerja keras dalam menyukseskan kegiatan atau acara.
5.Saya menyampaikan informasi dengan jelas.
6.Saya merasa bersalah dalam melaksanakan kegiatan jika gagal melaksanakannya.
7.Saya tidak pernah mengeluh saat melaksanakan tugas.
8.Saya mudah terpengaruh oleh orang lain.
9.Saya selalu berfikir dulu sebelum bertindak atau mengambil keputusan dalam setiap kegiatan.
10Saya bersikap rendah hati.
4
Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan perempuan memimpin organisasi LSO.
Kepemimpinan perempuan dalam organisasi.
1.Saya menyetujui adanya emansipasi wanita.
2.Saya menyetujui adanya teori gender.
3.Saya termasuk orang yang sensitif gender.
4.Saya menyadari perempuan mempunyai hak untuk menjadi pemimpin dalam organisasi LSO di Fakultas.
5.Perempuan mempunyai wawasan yang sama dengan laki-laki  mengenai organisasi.
6.Perempuan mampu berpartisipasi aktif dalam organisasi LSO di Fakultas.
7.Keberadaan perempuan sangat dibutuhkan dalam organisasi.
8.Perempuan tidak akan berhasil jika memimpin sebuah organisasi.
9.Laki-laki mempunyai kesempatan lebih menjadi pemimpin dibandingkan perempuan.
10.Laki-laki selalu memberikan kesempatan kepada perempuan untuk berperan aktif dalam organisasi.
11.Perempuan tidak mempunyai kesempatan yang sama dengan laki-laki menjadi pemimpin.
12.Perempuan mempunyai ide dan wawasan lebih dibandingkan laki-laki.
13.Organisasi lebih efisien jika dipimpin perempuan.
14.Perempuan mempunyai cara yang bagus dalam mengajak para anggotanya.
15.Pemimpin perempuan mampu bekerjasama dengan anggotanya.
16.Pemimpin laki-laki mampu bekerjasama dengan anggotanya.
17.Laki-laki lebih berwibawa daripada perempuan.
18.Perempuan lebih memahami anggotanya dibandingkan laki-laki.
19.Kepemimpinan perempuan lebih efektif dibandingkan laki-laki.
20.Perempuan juga bisa menjadi pemimpin

E.     Hipotesa
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian , belum jawaban yang empiric.[60]
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat dirumuskan hipotesis bahwa terdapat respon dari mahasiswa Bimbingan dan Penyuluhan Islam angkatan 2012, 2013 (mahasiswa aktif semester III dan V) dan anggota LSO terhadap kepemimpinan perempuan dalam organisasi LSO di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

F.     Teknik Pengumpulan Data
Jenis penelitian ini adalah Eksperimen semu yaitu, bertujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat di peroleh dengan experimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasikan semuah variable yang relefan. Si peneliti harus mengerti dengan jelas kompromi-kompromi apa yang ada pada validitas internal dan validitas external. Rencananya dan berbuat dengan keterbatasan-keterbatasan tersebut.[61]
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui respon mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam semester III, V dan beberapa anggota LSO terhadap kepemimpinan perempuan dalam LSO (lembaga semi otonom) di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Teknik Pengumpulan Data dikumpulkan melalui beberapa cara yaitu melalui angket. Desain pengukuran menggunakan model skala Likert.
1.      Angket
Angket adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Untuk memperoleh data, angket disebarkan kepada responden (orang-orang yang menjawab jadi yang diselidiki), terutama pada penelitian eksperimen.[62]
Jenis angket yang dipakai adalah Angket Tertutup, yaitu pernyataan atau pertanyaan yang jawabannya sudah ditentukan dan disusun terlebih dahulu, sehingga responden tidak mempunyai kebebasan untuk memilih jawaban kecuali jawaban yang sudah disediakan.[63]
Dalam pengumpulan data, penelitian ini dapat memberikan kuesioner secara langsung kepada responden yang dapat dijadikan sampel, kemudian peneliti menunggu sampai pengisian kuesiner ini selesai.

2.      Desain Pengukuran
Penelitian ini menggunakan Pengumpulan Data menggunakan model skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang fenomena sosial.[64] Untuk memperoleh data dalam penelitian, peneliti menggunakan model skala Likert dengan 4 kategori pilihan jawaban dan masing-masing kategori memiliki nilai tertentu, baik pernyatan favorable maupun unforable.
Penelitian dari 4 kategori jawaban dapat dilihat pada tabel 1 berikut:
Tabel 1. Bobot Nilai
Pilihan
Favorable
Unforable
Sangat Setuju (SS)
4
1
Setuju (S)
3
2
Tidak Setuju (TS)
2
3
Sangat Tidak Setuju (STS)
1
4

G.  Teknik Analisa Data
Teknik analisa data merupakan proses paling penting dalam sebuah penelitian. Hal ni didasarkan argumentasi bahwa dalam analisa inilah data di peroleh peneliti bisa dterjemahkan menjadi hasil yang sesuai dngan kaidah ilmiah. Dalam hal analisa data digunakan bentuk analisa dengan menggunakan jenis distribusi frekuensi.
a.       Deskriptif, data–data yang diperoleh melalui angket, kemudian diproses dengan beberapa tahapan, sebagai berikut :
1.      Evaluasi, memeriksa jawaban-jawaban responden untuk diteliti, ditelaah dan dirumuskan pengelompokannya untuk memperoleh data-data yang akurat.
2.      Tabulasi, yaitu memindahkan jawaban-jawaban responden yang diperoleh dari angket ke dalam bentuk tabel yang berdasarkan tema-tema di BAB IV, kemudian dicari frekuensinya dan prosentasenya untuk dianalisa.
3.      Kesimpulan, memberikan kesimpulan dari hasil analisa dan penafsiran data. Semua tahapan tersebut akhirnya dijelaskan pendeskripsiannya menjadi bermakna.
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera digarap oleh staf peneliti, khususnya yang bertugas mengolah data. Di dalam buku lain sering disebut pengolahan data. Ada yang menyebut data prepation, ada pula data analysis (analisis data).[65]
Adapun teknik analisis data dari penelitian ini adalah dengan:
a.       Menghitung rata-rata
MEAN (RATA-RATA) = Ʃ  Xi=1
Atau
b.      Standar Deviasi
S=
c.       Mengkategorikan hasil yang di dapat
Jika tinggi (T) = X̅+ SD  atau hasil yang didapat berada di atas standar deviasi.
Jika sedang (S)=  atau hasil yang di dapat berada di bawah standar deviasi.
Jika rendah (R) = - SD atau hasil yang didapat berada di bawah standar deviasi.
Ada beberapa teknik analisis data dari penelitian ini adalah dengan:
a)      Editing, yaitu memeriksa jawaban-jawaban responden untuk diteliti, telaah dan dirumuskan pengelompokkannya untuk memperoleh data yang benar-benar sempurna.
b)      Tabulating, yaitu mentabulasikan atau memisahkan jawaban-jawaban respom dalam tabel, kemudian dicari prosentasenya untuk dianalisa. Termaksud dalam kegiatan ini antara lain, memberikan scoring, memberikan kode terhadap item-item yang tidak diberi skor, mengubah jenis data dan memberikan kode (coding) dalam hubungan dengan pengolahan data.
c)      Analisa dan interpretasi, yaitu membunyikan data kuantitatif dalam bentuk pengolahan data.
d)     Kesimpulan, yaitu penulis memberikan kesimpulan dari hasil analisa dan interpretasi data.





BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA DATA

A.      Uji Validitas Dan Realibilitas Angket
Dalam penelitian ini, uji validitas internal dilakukan atas item-item pernyataan pada angket yaitu dengan jalan menghitung corrected item to total  correlation. Teknik analisa data penelitian ini menggunakan tabel silang dengan  menggunakan komputer program SPSS. Berikut adalah uji validitas pada variable Respon Mahasiswa Terhadap Kepemimpinan Perempuan.
Untuk melakukan analisis validitas dapat digunakan metode Pearson Product Moment (bila sampel normal, >30) ataupun metode Spearman Rank Correlation (bila sampel kecil, <30), dan dikatakan valid karena mempunyai nilai corrected item to total correlation diatas skor 0.361.[66]
Butir yang Valid dengan rumus Pearson Product Moment skor sebesar 0, 361 taraf signifikasi sebesar 5%
No Urut Butir
Pertanyaan
Angka
Valid

Variabel Kognitif
1
Organisasi adalah suatu wadah untuk mengembangkan diri.
0.473
Valid
2
Visi, Misi dan Tujuan organisasi sesuai dengan prinsip hidup saya.
0.369
Valid
3
Saya aktif di organisasi LSO fakultas.
0.517
Valid
4
Saya mengisi waktu luang saya dengan berorganisasi.
0.719
Valid
5
Saya dapat ilmu pengetahuan tentang cara berorganisasi yang baik.
0.671
Valid
6
Saya dengan senang hati mengikuti kegiatan atau acara organisasi LSO fakultas.
0.665
Valid
8
Saya mampu berkomunikasi dengan baik setelah mengikuti organisasi.
0.731
Valid
9
Saya orang yang berpengaruh dalam organisasi LSO fakultas.
0.411
Valid
10
Saya merupakan organisatoris yang handal dan dapat bertugas dengan baik.
0.491
Valid
11
Saya merasa bangga aktif di organisasi.
0.636
Valid
12
Saya menerima semua kritikan yang membantu untuk lebih baik dalam berorganisasi.
0.627
Valid
13
Saya patuh terhadap semua aturan yang ada dalam organisasi LSO.
0.611
Valid
14
Jika saya diam saya tidak akan mendapatkan ilmu berorganisasi yang baik.
0.599
Valid
15
Dalam berorganisasi menambah pengetahuan dan wawasan  yang luas.
0.619
Valid
16
Organisasi itu penting untuk mendapat pengetahuan baru.
0.453
Valid
17
Saya berorganisasi di waktu luang jam mata kuliah.
0.672
Valid

Butir yang Tidak valid dengan rumus Pearson Product Moment skor sebesar 0, 361 taraf signifikansi sebesar 5%
No Urut Butir
Pertanyaan
Angka
Tidak Valid
Variabel Kognitif
7
Saya lebih mementigkan organisasi dari pada kuliah
0.265
Tidak Valid



Butir yang Valid dengan rumus Pearson Product Moment skor sebesar 0, 361 taraf signifikasi sebesar 5%
No Urut Butir
Pertanyaan
Angka
Valid
Variabel Afektif
1
Saya menampilkan sikap atau tindakan yang menunjukan kepercayaan diri dalam organisasi LSO fakultas.
0.731
Valid
2
Saya bersikap tegas dalam berorganisasi dalam LSO fakultas.
0.597
Valid
3
Saya melaksanakan tugas dengan baik dalam berorganisasi LSO fakultas.
0.531
Valid
4
Saya berusaha setenang mungkin dalam setiap pengambilan keputusan saat bermusyawarah.
0.680
Valid
5
Saya selalu mendiskusikan pendapat saya kepada orang lain.
0.600
Valid
6

Saya selalu mengeluarkan pendapat saat sedang musyawarah.
0.491
Valid
7
Saya bersikap profesional dalam menjalankan tugas dalam organisasi.
0.690
Valid
8
Saya mengikuti peraturan dan prosedur organisasi.
0.606
Valid
9
Saya mengenal banyak teman selain dari jurusan setelah mengikuti organisasi.
0.629
Valid
10
Saya dan anggota lain selalu evaluasi jika mengalami miskomunikasi.
0.666
Valid
11
Selama saya berada di dalam organisasi pemikiran selalu di hargai
0.628
Valid
13
Saya mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman selama berada di organisasi yang di jalani.
0.630
Valid
14
Saya senang menjadi anggota, karena mendapatkan tugas yang sesuai dengan tanggung jawab.
0.631
Valid
15
Saya tidak ingin menjadi anggota organisasi karena tidak ada untungnya.
0.409
Valid
16
Menurut saya berada di dalam organisasi membuat kuliah terbengkalai.
0.585
Valid
17
Organisasi tidak menjamin masa depan saya.
0.419
Valid
18
Dengan mengikuti organisasi saya menemukan ilmu pengetahuan dan wawasan yang tidak di temukan di bangku kuliah.
0.464
Valid

Butir yang Tidak valid dengan rumus Pearson Product Moment skor sebesar 0, 361 taraf signifikansi sebesar 5%
No Urut Butir
Pertanyaan
Angka
Tidak Valid
Variabel Afektif
12
Dengan mengikuti organisasi banyak waktu kuliah yang terabaikan.
0.281
Tidak Valid

Butir yang Valid dengan rumus Pearson Product Moment skor sebesar 0, 361 taraf signifikasi sebesar 5%
No Urut Butir
Pertanyaan
Angka
Valid
Variabel Konatif
1
Saya membiasakan diri untuk disiplin.
0.628
Valid
2
Saya bersikap jujur.
0.559
Valid
3
Saya bersikap tanggung jawab.
0.444
Valid
4
Saya bekerja keras dalam menyukseskan kegiatan atau acara.
0.508
Valid
5
Saya menyampaikan informasi dengan jelas.
0.837
Valid
7
Saya tidak pernah mengeluh saat melaksanakan tugas.
0.480
Valid
9
Saya selalu berfikir dulu sebelum bertindak atau mengambil keputusan dalam setiap kegiatan.
0.501
Valid
10
Saya bersikap rendah hati.
0.410
Valid

Butir yang Tidak valid dengan rumus Pearson Product Moment skor sebesar 0, 361 taraf signifikansi sebesar 5%
No Urut Butir
Pertanyaan
Angka
Tidak Valid
Variabel Konatif
6
Saya merasa bersalah dalam melaksanakan kegiatan jika gagal melaksanakannya.
0.217
Tidak Valid
8
Saya mudah terpengaruh oleh orang lain.
0.154
Tidak Valid

Butir yang Valid dengan rumus Pearson Product Moment skor sebesar 0, 361 taraf signifikasi sebesar 5%
No Urut Butir
Pertanyaan
Angka
Valid
Variabel Kepemimpinan Perempuan
1
Saya menyetujui adanya emansipasi wanita.
0.485
Valid
16
Pemimpin laki-laki mampu bekerjasama dengan anggotanya.
0.400
Valid


Butir yang Tidak valid dengan rumus Pearson Product Moment skor sebesar 0, 361 taraf signifikansi sebesar 5%
No Urut Butir
Pertanyaan
Angka
Tidak Valid
Variabel Kepemimpinan Perempuan
2
Saya menyetujui adanya teori gender.
0.153
Tidak Valid
3
Saya termasuk orang yang sensitif gender.
0.093
Tidak Valid
4
Saya menyadari perempuan mempunyai hak untuk menjadi pemimpin dalam organisasi LSO di Fakultas.
0.324
Tidak Valid
5
Perempuan mempunyai wawasan yang sama dengan laki-laki  mengenai organisasi.
0.301
Tidak Valid
6
Perempuan mampu berpartisipasi aktif dalam organisasi LSO di Fakultas.
0.307
Tidak Valid
7
Keberadaan perempuan sangat dibutuhkan dalam organisasi.
0.298
Tidak Valid
8
Perempuan tidak akan berhasil jika memimpin sebuah organisasi.
0.073
Tidak Valid
9
Laki-laki mempunyai kesempatan lebih menjadi pemimpin dibandingkan perempuan.
0.227
Tidak Valid
10
Laki-laki selalu memberikan kesempatan kepada perempuan untuk berperan aktif dalam organisasi.
0.225
Tidak Valid
11
Perempuan tidak mempunyai kesempatan yang sama dengan laki-laki menjadi pemimpin.
0.002
Tidak Valid
12
Perempuan mempunyai ide dan wawasan lebih dibandingkan laki-laki.
0.011
Tidak Valid
13
Organisasi lebih efisien jika dipimpin perempuan.
0.164
Tidak Valid
14
Perempuan mempunyai cara yang bagus dalam mengajak para anggotanya.
0.038
Tidak Valid
15
Pemimpin perempuan mampu bekerjasama dengan anggotanya.
0.119
Tidak Valid
17
Laki-laki lebih berwibawa daripada perempuan.
0.070
Tidak Valid
18
Perempuan lebih memahami anggotanya dibandingkan laki-laki.
0.116
Tidak Valid
19
Kepemimpinan perempuan lebih efektif dibandingkan laki-laki.
0.031
Tidak Valid
20
Perempuan juga bisa menjadi pemimpin
0.011
Tidak Valid

Dari tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar item pada Variabel Kognitif, Afektif, Konatif dan Kepemimpinan dinyatakan valid karena mempunyai nilai corrected item to total correlation diatas skor 0.361. Dengan demikian secara umum, indikator dari Variabel Kognitif, Afektif, Konatif dan Kepemimpinan Mahasiswa Aktif Sememter III, Semester V Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam dan anggota LSO Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sudah teruji sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.
Uji selanjutnya dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran dapat dilakukan kemantapan dan ketepatannya, yaitu dengan uji relibilitas. Cara menghitung reliabilitas pengukuran adalah dengan menghitung koefisien reabilitas Cronbach’s Alpha. Apabila alpha hitung di atas 0,6 maka menurut Malhotra dapat simpulkan bahwa pernyataan yang digunakan untuk mengukur masing-masing variabel dapat diandalkan (reliabel).

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
0,738
66



B.     Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1.      Sekilas Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) bertujuan menyiapkan ilmuwan dakwah yang bermoral tinggi serta memiliki keterampilan dalam memberikan bimbingan dan Penyuluhan agama Islam baik dalam keluarga maupun masyarakat Muslim secara profesional.
Menurut data yang ada, alumni BPI tersebar di berbagai wilayah, baik di dalam maupun di luar negeri, antara lain Jakarta dan sekitarnya, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Timor Timur, Malaysia, dan Thailand. Mereka bekerja dalam berbagai instansi dan menggeluti profesi yang berkaitan dengan bimbingan dan penyuluhan. Namun, tidak sedikit di antara mereka juga menggeluti profesi-profesi yang berkaitan dengan bimbingan dan penyuluhan. Antara lain mereka bekerja sebagai tenaga penyuluh atau konselor di lembaga pendidikan, rumah sakit, pusat-pusat rehabilitasi, dan LSM. Gelar akademik Program Studi BPI adalah Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I).
Seringkali kita menganggap bimbingan penyuluhan sosial sama dengan bimbingan penyuluhan di Fakultas pendidikan, padahal antara bimbingan penyuluhan sosial dan bimbingan penyuluhan sangat berbeda jauh baik dilihat dari paradigma, orientasi maupun metode pelaksanaannya. Paradigma bimbingan penyuluhan sosial adalah menggunakan paradigma komunitas artinya obyek utama yang dianggap sentral yang harus diintervensi adalah komunitas dan bukan individu. Hal ini tentu saja sangat berbeda dengan bimbingan penyuluhan biasa yang menjadikan individu atau personal sebagai obyek intervensi. Karena padigma yang berbeda tersebut maka metode yang digunakan oeh bimbingan penyuluhan sosial juga sangat berbeda dengan bimbingan penyuluhan. Bimbingan penyuluhan sosial menggunakan metode intervensi makro dimana pengembangan dan pemberdayaan masyarakatlah yang menjadi sasaran kajian. Metode ini bertujuan untuk menciptakan kemandirian dalam masyarakat (lebih detail tentang metode ini akan dibahas pada bahasan selanjutnya) Berbeda dengan bimbingan penyuluhan sosial, bimbingan penyuluhan biasa menggunakan Intervensi mikro yang menjadikan individu sebagai obyek utama yang harus diselesaikan masalah-masalahnya.[67]
2.    Tempat dan Waktu Penelitian
            Penelitian ini mengambil objek mahasiswa/i aktif semester III, semester V Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam dan  Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner yang dilakukan selama empat hari pada tanggal 2-5 Januari 2015. Kuesioner yang disebarkan sebanyak 53 lembar eksemplar dengan jumlah pengembalian 53 lembar kuesioner sebagai data yang bisa di olah.

C.    Penemuan dan Pembahasan
a.    Analisis Data
a.         Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa/mahasiswi jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi semester III, semester V dan beberapa anggota LSO yang diambil untuk dijadikan sampel sebanyak 35% dari jumlah mahasiswa aktif semester III yang berjumlah 66 orang menjadi 23 orang, 50% dari jumlah mahasiswa aktif semester V yang berjumlah 33 orang menjadi 17 orang, dan beberapa anggota LSO yang berjumlah 13 orang. Jadi, total keseluruhan sample adalah 53 orang. Teknik yang dilakukan yaitu teknik Accidental Sampling, yaitu peneliti memilih orang-orang atau responden yang terdekat dengan peneliti.
Adapun karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin terlihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah
Presentase
Laki-laki
18
33%
Perempuan
36
67%
TOTAL
54
100 %

Berdasarkan Tabel 3 diatas jumlah responden perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah responden laki-laki, berdasarkan sampel yang kita ambil :
Tabel 4. Berdasarkan Angkatan
Angkatan
PR
LK
Jumlah
Presentase
2011
7
5
12
23%
2012
13
5
18
34%
2013
13
10
23
43%
TOTAL
33
20
53
100%

Berdasarkan Tabel 4 Diatas dapat dideskripsikan bahwa jumlah responden perempuan lebih banyak dibandingkan resonden laki-laki. Responden perempuan yaitu sebanyak 33 Orang (63%), sedangkan responden laki-laki berjumlah 20 Orang (37%). Dan dilihat dari angkatan  2011 berjumlah 12 orang, dari angkatan 2012 berjumlah 18 orang dan angkatan 2013 berjumlah 23 orang.


                                                                                        



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.   KESIMPULAN
Hasil penelitian yang telah kami laksanakan secara seksama, telah kami peroleh data-data sebagaimana terlampir diatas, dari data-data tersebut kami telah melakukan analisa-analisa sebagai berikut.
Hasil dari Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, mahasiswa cukup mengetahui keberadaan-keberadaan organisasi LSO yang ada di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dari hal tersebut maka dapat dilihat bahwa ternyata mahasiswa tidak buta informasi.
Kemudian Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam mempunyai respon yang baik terhadap kepemimpinan perempuan yang terdapat di LSO Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

B.   SARAN
Hal yang dapat kita ambil dari penelitian ini adalah bahwasannya asumsi kebanyakan mahasiswa yang menganggap bahwa laki-laki lebih mempunyai peran aktif dalam memimpin sebuah organisasi LSO.   




[1]Peter G. Northhose, kepemimpinan teori dan praktik (Jakarta: PT. Indeks,  2013), h. 329.
[2]Peter G. Northhose, kepemimpinan teori dan praktik (Jakarta: PT. Indeks,  2013), h. 330.
                [3]Liza  Hadiz, Perempuan dalam Wacana Politik Orde Baru, (Jakarta, Pustaka LP3ES Indonesia, 2004), Cet,.1, h.75.
[4]Komaruddin Hidayat, Pedoman Akademik Program Strata I 2012/2013, (Jakarta: Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan, 2012), h. 12.
[5]Ibid., h. 30.
[6]Andrian Nugraha, Pengaruh Persepsi Iklim Organisasi dan Religiusitas Terhadap Komitmen Organisasi Pada Pengurus Cabang dan Pengurus Komisariat Organisasi Ekstra Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Jakarta: Skripsi  Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), h. 1.
[7] Panitia Proaksi Dema Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Proaksi (Program Orientasi Akademik) Nilai Kebangsaan dan Keislaman FIDKOM 2012 (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), h. 13.
[8] Panitia Proaksi Dema Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Proaksi (Program Orientasi Akademik) Nilai Kebangsaan dan Keislaman FIDKOM 2012 (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), h. 20.
[9] Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung. Remaja Rosdakarya, 1999), h. 51.
[10] Poerdawarminta, Psikologi Komunikasi (Jakarta : UT: 1999) Cet. 3, h. 43.     
[11] Muhammad Kurtubi, Respon Nasabah terhadap Fatwa MUI tentang Bunga Bank pada Bank Syariah Studi Pertandingan pada nasabah Bank Syariah mandiri cabang Margonda dan nasabah Bank Rakyat Indonesia Konvensional Cabang Margonda (Jakarta: Skripsi Fakultas Syariah Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 22.
[12] Muhammad Kurtubi, Respon Nasabah terhadap Fatwa MUI tentang Bunga Bank pada Bank Syariah Studi Pertandingan pada nasabah Bank Syariah mandiri cabang Margonda dan nasabah Bank Rakyat Indonesia Konvensional Cabang Margonda (Jakarta: Skripsi Fakultas Syariah Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 23.
                [13] Muhammad Kurtubi, Respon Nasabah terhadap Fatwa MUI tentang Bunga Bank pada Bank Syariah Studi Pertandingan pada nasabah Bank Syariah mandiri cabang Margonda dan nasabah Bank Rakyat Indonesia Konvensional Cabang Margonda (Jakarta: Skripsi Fakultas Syariah Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 23.
[14] Ibid.,h. 24.     
[15] Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung. Remaja Rosdakarya, 1999), h. 52.
[16] Ibid.,h. 53.
                [17] Muhammad Kurtubi, Respon Nasabah terhadap Fatwa MUI tentang Bunga Bank pada Bank Syariah Studi Pertandingan pada nasabah Bank Syariah mandiri cabang Margonda dan nasabah Bank Rakyat Indonesia Konvensional Cabang Margonda (Jakarta: Skripsi Fakultas Syariah Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 24.
                [18]Ibid,. h. 25.
                [19]Ibid,. h. 26.
                [20] Muhammad Kurtubi, Respon Nasabah terhadap Fatwa MUI tentang Bunga Bank pada Bank Syariah Studi Pertandingan pada nasabah Bank Syariah mandiri cabang Margonda dan nasabah Bank Rakyat Indonesia Konvensional Cabang Margonda (Jakarta: Skripsi Fakultas Syariah Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 26
[21] Ibid,. h. 27.       
                [22] Ibid,. h. 28.
[23] Muhammad Kurtubi, Respon Nasabah terhadap Fatwa MUI tentang Bunga Bank pada Bank Syariah Studi Pertandingan pada nasabah Bank Syariah mandiri cabang Margonda dan nasabah Bank Rakyat Indonesia Konvensional Cabang Margonda (Jakarta: Skripsi Fakultas Syariah Hidayatullah Jakarta, 2013) , h. 28.
                [24] Ibid,. h. 29.
                [25] Muhammad Kurtubi, Respon Nasabah terhadap Fatwa MUI tentang Bunga Bank pada Bank Syariah Studi Pertandingan pada nasabah Bank Syariah mandiri cabang Margonda dan nasabah Bank Rakyat Indonesia Konvensional Cabang Margonda (Jakarta: Skripsi Fakultas Syariah Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 29.
[26] Bimo Walsito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: UGM, 1996), h. 55.
[27] Peter G.Northouse, Kepemimpinan :Teori dan Praktik (Jakarta: Indeks, 2013), cet., 1, h. 8.


[29] Peter G.Northouse, Kepemimpinan :Teori dan Praktik (Jakarta: Indeks, 2013), cet., 1, h. 9.

[30] Peter G.Northouse, Kepemimpinan :Teori dan Praktik (Jakarta: Indeks, 2013), cet., 1, h. 10.
[31] Peter G.Northouse, Kepemimpinan :Teori dan Praktik (Jakarta: Indeks, 2013), cet., 1, h. 10.
                [32] Peter G.Northouse, Kepemimpinan :Teori dan Praktik (Jakarta: Indeks, 2013), cet., 1, h. 11.
[33] Ibid., h. 11.
[34] Ibid,. h. 12.
                [35] Peter G.Northouse, Kepemimpinan :Teori dan Praktik (Jakarta: Indeks, 2013), cet., 1, h. 13.
[36] Ibid., h.330-331.
[37]Max Weber, The Theory OF Social and Economic Organization, terjemahan oleh bahasa inggris oleh A.M. Henderson dari Talcott Parson (New York: The Free Press, 1947), h. 145-146.
[38] Max Weber, The Theory OF Social and Economic Organization, terjemahan oleh bahasa inggris oleh A.M. Henderson dari Talcott Parson (New York: The Free Press, 1947), h. 147.
[39] Max Weber, The Theory OF Social and Economic Organization, terjemahan oleh bahasa inggris oleh A.M. Henderson dari Talcott Parson (New York: The Free Press, 1947), h. 136-139.
                [40] Ibid., h. 140.
[41] Miftah Thoha, Perilaku Organisasi (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 585.
[42] Sondang P. Siagian, Peranan Taf dan Management (Jakarta: Gunung Agung, 1976), cet ke-1, h. 20.
[43] Sondang P. Siagian, Organisasi, Kepemimpinan, dan Perilaku Administrasi (Jakarta: CV. Haji Masagung, 1986), Cet ke-5, h. 9.
[44] Ibid., h. 10.
                [45] Prof. Dr. Sondang P. Siagian, Organisasi, Kepemimpinan, dan Perilaku Administrasi (Jakarta: CV. Haji Masagung, 1986), Cet ke-5, h. 11.
                [46] Miftah Thoha, Perilaku Organisasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 31.
[47] Miftah Thoha, Perilaku Organisasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 32-35.
[48] Muhammad  Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), h. 27.
[49] Monasse Mallo, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: Karunika, 1986), h. 31.
[50] Syamsir Salam, dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2006), h. 36.
[51] Sugiyono , Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, dan  R & D (Bandung : Alfabeta, 2008), h. 14.
                [52] Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h.72
[53] Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survei (Jakarta : LP3ES, 1991), h. 152.
[54] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Askara, 1996), h. 107.
[55] Penyusun, Buku Pedoman Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 1998), h. 45.
[56] Ibid., h. 46.
[57] Penyusun, Buku Pedoman Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 1998), h. 46.
[58] Moh Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif- Kuantitatif (Yogyakarta: UIN – MALIKI PRESS), h. 255
[59] Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survei (Jakarta: LP3ES, 1991), h. 46.
[60]  Sugiyono , Metode Penelitian Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2009), h.93.
[61] Cholid Narbuko, Metodologi Penelitian (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h.54
[62] Cholid Narbuko dan Drs. H. Abu Achmadi, Metodelogi Penelitian (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h. 76.
[63] Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey (Jakarta: LPES, 1995), Cet. Ke- 2, h.220.
[64] Deni Darmawan, Metode Peelitian Kuantitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 169.
[65] Suharsi,i Faisal Sanapiah, Format-format Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, edisi revisi V, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h.209.
[66]  Deni Darmawan, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2013), h. 180
[67] Diakses http: //bpiuinjkt.blogspot.com/2012/bpi-uin-jakarta-lambang-logo bimbingan. Html pada 23 Desember 2013 pukul 13.10

0 komentar:

Posting Komentar

 

KUMPULAN MAKALAH KULIAH Template by Ipietoon Cute Blog Design