BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Anak
adalah amanah sekaligus karunia Allah SWT, yang senantiasa di jaga karena dalam
dirinya melekat harkat, martabat, dan hakhak anak sebagai manusia yang
dijunjung tinggi. Anak berhak untuk tumbuh berkembang secara wajar serta
memperoleh perawatan, pelayanan, asuhan, pendidikan, dan perlindungan yang
bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraannya. Namun, tidak semua keluarga dapat
memenuhi seluruh hak dan kebutuhan anak, semua itu disebabkan oleh krisis
ekonomi, kemiskinan dan kemerosotan moral, maupun spiritual merupakan indikasi
keputus asaan dan ketidak berdayaan anak-anak termasuk anak jalanan beserta
keluarganya akibat tidak terpenuhinya kebutuhan pokok kehidupan mereka.[1]
Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi
secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Undang-undang perlindungan anak
ini bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup,
tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak
mulia, dan sejahtera. Perlindungan anak adalah pemenuhan hak dasarnya, termasuk
di dalamnya hak pendidikan. Sebagaimana diamanatkan dalam konstitusi, bahwa
setiap warga negara berhak mendapat pendidikan yang layak. Pendidikan adalah
hak dasar anak yang dilindungi. Pada pasal 9 (1), UU 23/2002 dikatakan bahwa
setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan
bakatnya.[2]
Namun,
kenyataannya masih banyak anak-anak Indonesia yang tidak bisa mengenyam
pendidikan dan anggapan kurang pentingnya pendidikan dibandingkan dengan hal
lain yang lebih dianggap bisa memberikan hasil secara ekonomis. Pendidikan
dasar formal yang ada bagi banyak kalangan masih dianggap mahal. Meskipun
kebijakan nasional mengenai wajib belajar sembilan tahun telah dicanangkan,
namun pelaksanannya tidak semudah itu. Bagi kelompok miskin, pendidikan
seringkali tidak menjadi prioritas bagi keluarga. Artinya pendidikan anak bisa
dikorbankan untuk biaya kebutuhan lainnya yang dianggap lebih mendesak.
Di
Indonesia, jumlah anak jalanan dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan.
Keberadaannya tidak lagi terbatas pada kota-kota besar saja, melainkan sudah
mulai bermunculan di kota-kota kecil. Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia
sejak pertengahan tahun 1997 diyakini banyak pihak sangat berpengaruh terhadap
peningkatan jumlah anak jalanan di Indonesia. Keberadaan dan berkembangnya
jumlah anak jalanan merupakan persoalan yang perlu menjadi perhatian. Hal ini
mengingat anak-anak yang melakukan kegiatan dan atau tinggal di jalanan
senantiasa berhadapan dengan situasi buruk yang menjadikan mereka sebagai
korban dari berbagai bentuk perlakuan salah dan eksploitasi seperti kekerasan
fisik, penjerumusan ke tindak kriminal, penyalahgunaan obat-obatan dan minuman
keras, obyek seksual dan sebagainya. Padahal, seumuran mereka seharusnya
masa-masa mengenyam pendidikan di bangku sekolah, bukan hidup di jalanan.
Situasi semacam ini akan berdampak buruk bagi perkembangan anak secara mental, fisik
dan sosial. Di dalam situasi dan kondisi yang buruk, mereka sangat rentan
menjadi korban kekerasan dan eksploitasi seksual yang menimpa anak jalanan
seperti pelecehan seksual, penganiayaan seksual, perkosaan, penjerumusan ke
dalam prostitusi, menjadi korban perdagangan untuk tujuan seksual, dan menjadi objek
pembuatan bahan-bahan pornografi.[3]
Anak
jalanan masih menjadi salah satu masalah yang belum terselesaikan di Indonesia.
Masih banyak kita lihat anak-anak tidak sekolah dan terlantar di jalanan,
terminal, kolong jembatan dan seterusnya. Anak-anak jalanan usia sekolah masih
berkeliaran khususnya di ibu kota Jakarta. Keberadaan anak jalanan tak lain
merupakan dampak dari krisis ekonomi bangsa ini. Anak-anak pada usia sekolah
yag seharusnya mendapatkan pendidikan dan masa bermain justru membantu keluarga
mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan cara mengamen, memulung
atau bahkan mengemis. Jika hal it uterus dibiarkan berlangsung, maka Indonesia
tidak akan melahirkan sumber daya manusia yang bisa diandalkan terlebih jika
harus bersaing di era global ini.[4]
Berdasarkan
permasalahan diatas, diperlukan adanya pemberdayaan terhadap anak jalanan,
dimana anak jalanan merupakan salah satu komunitas yang termarjinalkan yang
memiliki banyak kekurangan, baik dari segi ekonomi maupun dari segi ilmu
pengetahuan. Keadaan ini, mendorong sejumlah Yayasan, Rumah singgah dan Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) untuk mengambil alih peran pemerintah demi mewujudkan
masyarakat yang berpendidikan. Salah satu Yayasan yang konsen dalam
pemberdayaan keterampilan, pendidikan formal dan akhlak adalah Yayasan Nara Kreatif.
Yayasan ini berada di Perumahan Bumi Harapan Permai Jalan Bumi Pratama III.Blok
K-4 Kramat Jati, Jakarta Timur. Ketua Yayasan Nara Kreatif bernama Nezatullah
Ramadhan. Programnya bergerak dibidang keterampilan daur ulang dan pendidikan
sekolah kejar paket A, B dan C.
Oleh
karena itu, penulis ingin melihat sejauh mana program atau kegiatan yang ada di
Yayasan Nara Kreatif ini dapat membantu menyelesaikan persoalan anak jalanan
dan juga sekaligus membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran
dan kriminalitas, yang biasanya terjadi dikalangan antar anak jalanan. Apakah
program tersebut dapat memberdayakan anak-anak jalanan yang berada dilingkungan
sekitar untuk mendapatkan pendidikan seperti anak lainnya. Keingintahuan
penulis ini dituangkan dalam penelitian yang berjudul “Pemberdayaan Anak
Jalanan melalui Program Sekolah Otonom oleh Yayasan Nara Kreatif”
B. Pembatasan
dan Perumusan Masalah
1.
Pembatasan Masalah
Agar
penelitian ini lebih terarah dan fokus dengan apa yang menjadi tujuan penulis, maka
penulis memfokuskan dan membatasi masalah penelitian ini pada Proses
Pemberdayaan Anak Jalanan melalui Program Sekolah Otonom oleh Yayasan Nara
Kreatif.
2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan
dari latar belakang diatas, maka penulis merumuskan permasalahan ini pada :
1.
Bagaimana proses pelaksanaan program
pemberdayaan melalui Sekolah Otonom di Yayasan Nara Kreatif ?
2.
Bagaimana hasil dari pelaksanaan program
pemberdayaan melalui Sekolah Otonom di Yayasan Nara Kreatif ?
C. Tujuan
Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah :
1.
Untuk mengetahui proses pelaksanaan
program pemberdayaan melalui Sekolah Otonom di Yayasan Nara Kreatif.
2.
Untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan
program pemberdayaan melalui Sekolah Otonom di Yayasan Nara Kreatif.
D. Metodologi
Penelitian
1.
Pendekatan peenlitian
Untuk penelitian
ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-ata, tertulis atau
lisan dari orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur
analisis statistic atau cara kuantitatif lainnya. Penelitian kualitatif
didasarkan pada upaya membangun pandangan mereka yang diteliti yang rinci, dibentuk
dengan kata-kata, gambaran holistik dan rumit.[5]
Penelitian
deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan
mengklarifikasi suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan
mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang
diteliti. Peneliti melakukan penelitian dengan menguraikan fakta-fakta yang
didapat di lapangan berdasarkan hasil dari penelitian lapangan yang kemudian
diolah, dikaji dan dianalisis agar dapat menghasilkan suatu kesimpulan.[6]
2.
Macam dan Sumber Data
Adapun
macam data pada penelitian ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu data primer
dan data sekunder.
Data
primer diperoleh melalui proses penelitian langsung dari partisipan atau
sasaran penelitian, yaitu data yang berasal dari anak-anak yang mengikuti
program sekolah di Yayasan Nara Kreatif.
Data
sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan-catatan atau dokumen yang
terkait dengan penelitian dari lembaga yang diteliti ataupun referensi dan
buku-buku dari perpustakaan.
3.
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini berlokasi di Yayasan Nara Kreatif, Perumahan Bumi Harapan Permai Jalan Bumi
Pratama III.Blok K-4 Kramat Jati, Jakarta Timur. Penelitian ini dilakukan
selama tiga minggu dari tanggal 24 Mei sampai 17 Juni 2015.
Alasan
peneliti memilih lokasi tersebut adalah karena tempat tersebut mudah diakses
oleh peneliti, dan peneliti merupakan salah satu pengajar paket A di Yayasan
tersebut.
4.
Teknik Penggalian Data
Untuk
mendapatkan data yang objektif, penulis melakukan beberapa teknik penggalian
data, berupa :
a.
Observasi adalah usaha untuk memperoleh
dan mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan langsung dilapangan terhadap
suatu kegiatan secara akurat, serta mencatat fenomena yang muncul dan
mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.[7]
Dalam proses observasi ini, penulis
melakukan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan program pendidikan akademis,
yaitu proses belajar mengajar dan kegiatan keseharian anak didik di Yayasan
tersebut.
b.
Wawancara adalah salah satu upaya untuk
memperoleh data yang berkaitan dengan permasalahan penelitian sehingga dapat
menemukan data atau keterangan mengenai program yang terdapat di Yayasan
tersebut. dalam penelitian ini, penulis mewawancarai ketua yayasan dan anak
jalanan yang bersekolah di yayasan tersebut.
c.
Dokumentasi adalah pengumpulan data yang
diperoleh melalui dokumen-dokumen dan pustaka sebagai bahan analisis dalam
penelitian ini. Penulis mengambil dokumentasi pada saat sedang melakukan
kegiatan di Yayasan tersebut.
5.
Teknik Pemilihan Subjek Penelitian
Sesuai
dengan karakteristik penelitian kualitatif teknik pemilihan infroman yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sample bertujuan atau purposive sample. Dalam menentukan
subjek penelitian ini, peneliti memilih para informan yang menurut peneliti
dapat memberikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Dalam
mencari data, peneliti mewawancarai Ketua Yayasan Nara Kreatif yaitu Nezatullah
Ramadhan, dan beberapa anak jalanan yang bersekolah di yayasan tersebut, yaitu Aldi
Hidayat, Yohan dan Sigit Dwi Hastanto.
6.
Teknik Analisa Data
Analisis
Data Kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilahmilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan
apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang
lain.
Di
pihak lain, Analisis Data Kualitatif prosesnya berjalan sebagai berikut:
a.
Mencatat yang menghasilkan catatan
lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
b.
Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan,
mensintensiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.
c.
Berfikir, dengan jalan membuat agar
kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan
hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.[8]
Berdasarkan
hal tersebut maka metode analisa yang digunakan adalah metode deskripsi
analisis yakni dengan cara mengumpulkan data kemudian menyusun, menyajikan,
baru kemudian menganalisis untuk mengungkapkan arti data tersebut. Pada saat
menganalisa data hasil observasi, peneliti menginterpretasikan catatan lapangan
yang ada kemudian menyimpulkannya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pemberdayaan
1.
Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan
berasal dari kata “daya” yang mendapat awalan bermenjadi kata “berdaya”
artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya artinya kekuatan, berdaya artinya
memiliki kekuatan. Kata “berdaya” apabila diberi awalan pe- dengan
mendapat sisipan –m- dan akhiran –an menjadi “pembedayaan”
artinya membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai daya atau kekuatan. Pemberdayaan
adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi
dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap kejadina-kejadian
serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi hidupnya. Pemberdayaan menekankan bahwa
orang memperoleh keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk
mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.[9]
Istilah
pemberdayaan lahir sebagai sebuah konsep dari perkembangan alam pikiran dan
kebudayaan masyarakat. Berdasarkan penelitian kepustakaan pranarka, proses
pemberdayaan mengandung dua kecenderungan diantaranya :
a.
Kecenderungan primer, yaitu pemberdayaan
yang menekankan kepada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan,
kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya.
b.
Kecenderungan sekunder, yaitu
pemberdayaan yang menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau
memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan
apa yang menjadi pilihan hidupnya.[10]
2.
Tahap-tahap Pemberdayaan
Dalam
pemberdayaan tidak langsung terbentuk atau terjadi secara langsung maupun
tiba-tiba, tetapi melalui beberapa proses tahapan yakni:
a.
Tahap persiapan
Tahapan
ini meliputi penyiapan petugas (community development), dimana tujuan
utama ini adalah untuk menyamakan persepsi antar anggota agen perubah (agent
of change) mengenai pendekatan apa yang dipilih dalam melakukan
pengembangan masyarakat. Sedangkan pada tahap penyiapan lapangan, petugas
melakukan studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran. Pada
tahap inilah terjadi kontak awal dengan kelompok sasaran.
b.
Tahap assessment
Proses
assessment yang dilakukan disini adalah dengan mengidentifikasi masalah dan
juga sumber daya manusia yang dimiliki klien. Dalam proses penilaian ini dapat
pula digunakan teknik SWOT, dengan melihat kekuatan, kelemahan, kesempatan dan
ancaman.
c.
Tahap perencanaan alternatif program
atau kegiatan
Pada
tahap ini agen perubah secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk
berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.
d.
Tahap pemformulasikan rencana aksi
Pada
tahap ini agen membantu masing-masing kelompok untuk merumuskan dan menentukan
program dan kegiatan apa yang akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan
yang ada.
e.
Tahap pelaksanaan program
Tahap
pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling krusial atau penting
dalam proses pengembangan masyarakat, karena sesuatu yang sudah direncanakan
dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan dilapangan bila tidak ada
kerjasama antar warga.
f.
Tahap evaluasi
Tahap
ini sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap progam yang
sedang berjalan pada pengembangan masyarakat, sebaiknya dilakukan dengan melibatkan
warga.
g.
Tahap Terminasi
Tahap
ini merupakan tahap pemutusan hubungan secara formal dengan komunitas sasaran.
Terminasi dilakukan seringkali bukan karena masyarakat sudah dianggap mandiri,
tetapi tidak jarang terjadi karena proyek sudah harus dihentikan karena sudah
melebihi jangka waktu yang sudah ditetapkan sebelumnya, atau karena anggaran
sudah selesai dan tidak ada penyandang dana yang dapat dan mau meneruskan.[11]
3.
Proses Pemberdayaan
Merujuk kepada apa yang dicontohkan
Rasulullah SAW ketika membangun masyarakat setidaknya harus ditempuh tiga tahap
atau proses pemberdayaan masyarakat, sebagai berikut:
a.
Proses Takwin, yaitu tahap pembentukan
masyarakat. Kegiatan pokok pada tahap ini adalah proses sosialisasi dari unit
terkecil dan terdekat sampai kepada perwujudan-perwujudan kesepakatan.
b.
Proses Tanzim, yaitu tahap pembinaan dan
penataan masyarakat. Pada fase ini internalisasi dan eksternalisasi isu-isu
muncul dalam bentuk institusionalisasi secara komprehensif dalam realitas sosial.
c.
Proses Taudi’, yaitu tahap keterlepasan
dan kemandirian. Pada tahap ini masyarakat telah siap menjadi masyarakat
mandiri terutama secara manajerial.[12]
B. Akhlak Jalanan
1. Pengertian Anak Jalanan
Menurut
Ferry Johannes anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian waktunya di
jalanan, baik untuk bekerja maupun tidak yang terdiri dari anak-anak yang
mempunyai hubungan dengan keluarga dan anak yang hidup mandiri sejak masa kecil
karena kehilangan orang tua atau keluarga. Menurut Soedijar, anak jalanan
adalah anak usia tujuh samapai dengan tujuh belas tahun yang berkerja di jalan
raya dan tempat umum lainnya yang dapat mengganggu ketentraman dan keselamatan
orang lain dan membahayakan bagi dirinya sendiri. Tata Sudrajat mengemukakan,
menurut Departemen Sosial dan United National Development Program (UNDP) telah
membatasi anak jalanan sebagai berikut: anak jalanan sebagai anak-anak yang
menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah di jalanan dan
tempat-tempat umum lainnya.[13]
2. Pemberdayaan Anak Jalanan
Anak
jalanan adalah anak yang terkategori tak berdaya. Mereka merupakan korban
berbagai penyimpangan dari oknum-oknum yang tak bertanggung jawab. Untuk itu,
mereka perlu diberdayakan melalui demokratisasi, pembangkitan ekonomi
kerakyatan, keadilan dan penegakan hukum, partisipasi politik, serta pendidikan
luar sekolah.
Khusus
untuk anak jalanan, menurut Ishaq pendidikan luar sekolah yang sesuai adalah
dengan melakukan proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam wadah “rumah singgah”
dan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat), yaitu: anak jalanan dilayani
rumah singgah, sedangkan anak rentan ke jalan dan orang dewasa dilayani dalam
wadah PKBM. Dengan pengertian pemberdayaan dan anak jalanan yang telah disebutkan
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan anak berarti upaya untuk
mengembangkan diri dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi berdaya, guna
mencapai kehidupan yang lebih baik. Dengan begitu pemberdayaan anak jalanan
adalah memberikan kuasa kepada anak jalanan dengan meningkatkan rasa
kepercayaan diri mereka agar dapat menentukan arah dan memutuskan kehidupan
mereka dengan menggunakan daya yang mereka miliki agar mendapatkan kehidupan
yang lebih baik dan terarah.[14]
BAB III
GAMBARAN UMUM YAYASAN NARA KREATIF
A. Profil Yayasan Nara Kreatif
1. Sejarah Berdirinya
Pada
awalnya, Neza dan temannya mengikuti Program Mahasiswa Wirausaha di Kampus
Politeknik Jakarta. Kebetulan yang mereka pelajari adalah mengolah dan mendaur
ulang kertas bekas dan limbah organik. Awal Juni 2012, Neza memulai usaha
mendaur ulang ini. Ia mendapatkan modal pinjaman dari kampus dengan jaminan
ijasah. Dari awal, program yang digagas oleh Neza tidak ingin hanya sekedar
menyelesaikan masalah dengan memanfaatkan limbah, tapi program tersebut mempunyai
manfaat sosial dari program tersebut. Konsepnya itu mengubah sesuatu yang tak
bernilai menjadi sesuatu yang bernilai. Bernilai ekonomi, salah satunya adalah
memanfaatkan kertas bekas yang ramah lingkungan. Program yang dilakukan
mempunyai manfaat yang luas tidak hanya produk yang ramah lingkungan, akhirnya
Neza pun mengajak anak-anak jalanan di sekitar rumahnya. Dalam waktu dua minggu
ia melakukan observasi di lapangan. Mendatangi dan mendekati anak jalanan
tersebut. Kenapa anak jalanan? Neza pun memaparkan, bahwa selama ini dibalik
aktivitasnya dijalanan yang dipandang orang tidak mempunyai masa depan yang
cerah, mereka ini mempunyai keterampilan yang luar biasa. Hanya lingkungan yang
tidak mendukungnya.[15]
Yayasan
Nara Kreatif didirikan di Jakarta pada tanggal 31 Januari 2013, merupakan
yayasan yang bergerak pada usaha kreatif di bidang pengolahan limbah kertas dan
organik dengan memberikan keahlian kepada anak-anak putus sekolah, anak
jalanan, dan kaum dhuafa sehingga menjadi produk yang bernilai guna. Pendirian
yayasan social creativepreneur education yang dilatarbelakangi oleh dua
permasalahan pelik, yaitu masalah anak jalanan ibu kota dan limbah kertas. Sebagai
Pusat Kegiatan Pembinaan dan Kreatifitas, Yayasan Nara Kreatif memiliki
beberapa fasilitas serta kegiatan sebagai berikut:
1.
Asrama anak binaan (untuk sekarang 5
orang).
2.
Keterampilan dan Keahlian Pengolahan
Limbah Kertas serta Organik, menjadi produk bernilai guna (untuk sumber
menjalankan kegiatan sosial).
3.
Pendidikan Agama (Pengetahuan Agama,
Belajar Sholat, Belajar Baca Al - Quran).
4.
Pendidikan Sekolah Kejar Paket (Setara
SD, SMP, SMA) GRATIS, Berijazah Negeri.
5.
Pembinaan Karakter
Anak
binaan yang tinggal menetap serta ditanggung biaya hidup sehari-harinya
berjumlah 5 orang (target 10 orang). Warga belajar aktif tercatat sampai saat
ini berjumlah 50 orang dan tidak menutup kemungkinan terus bertambah, karena
pendaftaran masih dibuka sampai mendekati waktu ujian. Pengurus serta pengajar
di Yayasan Nara Kreatif, sebanyak 25 orang. Yayasan Nara Kreatif berusaha
mencari solusi bagi masyarakat dhuafa sekitar pasar induk kramat jati, terminal
kampung rambutan, lampu merah taman mini dan sekitarnya. Keterampilan
Pengolahan Limbah Kertas dan Organik serta Pendidikan menjadi fokus utama
dengan cara non formal yaitu sekolah kejar paket yang bertujuan menjadikan
tunas-tunas bangsa mandiri, berbaur dalam kehidupan masyarakat yang wajar.[16]
2. Visi dan Misi
Visi
Yayasan Nara Kreatif adalah Rumah Kreatif Melayani Umat. Overview nya adalah
Nara Kreatif merupakan usaha kreatif yang mengusung peduli lingkungan dalam
pengolahan limbah organik (kertas, batang pisang, eceng gondok) menjadi produk
berdaya guna dan berdaya jual, untuk kegiatan sosial (asrama anak asuh,
pendidikan gratis).[17]
3. Kegiatan Harian
Dalam
kesehariannya Yayasan Nara Kreatif menyusun kegiatan rutin yang harus
dikerjakan oleh warga belajar yang ada di Yayasan tersebut, yaitu :
1.
Dinamika harian kegiatan sekolah di
Yayasan dimulai dari pukul 18:00 yaitu shalat maghrib berjamaah dan dilanjutkan
proses belajar mengajar dari pukul 19:00 sampai pukul 22:00.
2.
Kegiatan belajar mengajar atau KBM
dilaksanakan setiap hari Selasa, Rabu, Kamis, Jumat dan Sabtu.
3.
Pelajaran Akademik dilaksanakan pada
hari Selasa, Kamis, Jumat.
4.
Pendidikan Agama dilaksanakan pada hari
Rabu dan kegiatan membaca buku dilaksanakan pada hari Sabtu.
5.
Pelajaran Akademik dilakukan dua
pelajaran dalam satu hari pada semua paket A, B dan C.
6.
Setelah kegiatan belajar mengajar
selesai pada pukul 22:00, kemudian dilanjutkan shalat isya’ berjamaah.
Kegiatan
diatas adalah kegiatan yang dilakukan kepada warga belajar dan warga binaan
yang sekolah di Yayasan Nara Kreatif. Sedangkan kegiatan warga binaan yang
tinggal di asrama Yayasan Nara Kreatif adalah selain sekolah yaitu membuat
keterampilan produk daur ulang.
BAB
IV
ANALISIS
DAN HASIL TEMUAN LAPANGAN
Penulis akan
menganalisis berbagai temuan di lapangan yaitu proses pelaksanaan dan hasil
program sekolah otonom dalam pemberdayaan anak jalanan di Yayasan Nara Kreatif.
A. Proses
Pelaksanaan Program Sekolah Otonom
Yayasan
Nara Kreatif merupakan salah satu lembaga non pemerintah yang bergerak di
bidang sosial dan pendidikan sekolah kejar paket A, B dan C bagi orang-orang
yang kurang beruntung dalam segi ekonomi khususnya. Pada awalnya Yayasan ini
hanya bergerak di bidang usaha daur ulang.
Usaha
awal dimulai dengan mengajak anak-anak jalanan tidak berjalan lancar begitu
saja. Neza sempat ditinggalkan oleh teman-temannya, karena uang modal yang ia
dapat habis dan teman-temannya memutuskan untuk berhenti. Saat itu, Neza yang
sudah bertekad membuat usaha daur ulang bersama anak-anak terlanjur berjalan,
ia memutuskan untuk menggunakan uangnya sendiri untuk meneruskan perjuangannya.
Dibantu dengan teman dan dukungan orangtua Neza, Alhamdulilah sekarang bisa
berjalan lancar. Bersama lima belas anak jalanan, Neza mulai membangun
usahanya. Akhir bulan Januari, Neza mendirikan Yayasan Nara Kreatif. Diakui
oleh Neza, tidak mudah mengubah pola pikir anak-anak jalanan. Ia memberikan
keterampilan dan pengetahuan kepada anak-anak jalan tersebut.
Dalam
pemberdayaan tidak langsung terbentuk atau terjadi secara langsung maupun
tiba-tiba, tetapi melalui beberapa proses tahapan yakni :
a. Tahap persiapan
Tahapan ini
meliputi penyiapan petugas (community development), dimana tujuan utama ini
adalah untuk menyamakan persepsi antar anggota agen perubah (agent of change)
mengenai pendekatan apa yang dipilih dalam melakukan pengembangan masyarakat.
Sedangkan pada tahap penyiapan lapangan, petugas melakukan studi kelayakan
terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran. Pada tahap inilah terjadi kontak
awal dengan kelompok sasaran.
b. Tahap assessment
Proses
assessment yang dilakukan disini adalah dengan mengidentifikasi masalah dan
juga sumber daya manusia yang dimiliki klien. Dalam proses penilaian ini dapat
pula digunakan teknik SWOT, dengan melihat kekuatan, kelemahan, kesempatan dan
ancaman.
c. Tahap perencanaan alternatif program atau
kegiatan
Pada tahap ini
agen perubah secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berfikir
tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.
d. Tahap pemformulasikan rencana aksi
Pada tahap ini
agen membantu masing-masing kelompok untuk merumuskan dan menentukan program
dan kegiatan apa yang akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang
ada.
e. Tahap pelaksanaan program
Tahap
pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling krusial atau penting
dalam proses pengembangan masyarakat, karena sesuatu yang sudah direncanakan
dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan dilapangan bila tidak ada
kerjasama antar warga.
f. Tahap evaluasi
Tahap ini
sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap progam yang sedang
berjalan pada pengembangan masyarakat, sebaiknya dilakukan dengan melibatkan
warga.
g. Tahap Terminasi
Tahap ini
merupakan tahap pemutusan hubungan secara formal dengan komunitas sasaran.
Terminasi dilakukan seringkali bukan karena masyarakat sudah dianggap mandiri,
tetapi tidak jarang terjadi karena proyek sudah harus dihentikan karena sudah
melebihi jangka waktu yang sudah ditetapkan sebelumnya, atau karena anggaran
sudah selesai dan tidak ada penyandang dana yang dapat dan mau meneruskan.
Dalam
semua tahap pemberdayaan yang dijelaskan diatas, pihak Yayasan melibatkan para
pengurus dan pengajar dalam mengambil keputusan dan segala hal yang berkaitan
dengan kegiatan warga belajar, agar seluruh proses dan pelaksanaan program dan
kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar. Hal ini juga memudahkan pihak
Yayasan dalam menjalankan program tersebut.
B. Hasil
Program Sekolah Otonom dalam Pemberdayaan Anak Jalanan
Dilihat
dari penerapan sekolah otonom yang diterapkan oleh Yayasan Nara Kreatif, mulai
tampak perubahan pada warga belajar tersebut. Mereka menjadi lebih percaya
diri, pengetahuan mereka dalam hal pendidikan, keterampilan dan agama pun
bertambah dan setara dengan anak-anak seusia mereka yang merasakan sekolah
formal di bangku sekolah. Mereka lebih mempunyai arah dan tujuan hidup. Dimana
hal tersebut merupakan hakikat dari pada pemberdayaan. Yakni membuat anak-anak
yang tidak berdaya menjadi berdaya dan dapat mengarahkan kehidupan mereka
menjadi kea rah yang lebih baik.
Warga
belajar juga terlihat lebih aktif dan memiliki akhlak dan perilaku yang lebih
baik dibandingkan sebelumnya. Mereka juga terlihat lebih percaya diri dan
mempunyai tanggung jawab jika diberikan suatu pekerjaan atau tugas. Dengan
adanya sekolah ini, mereka menjadi sadar akan pentingnya pendidikan untuk masa
depan mereka yang lebih cerah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1.
Pelaksanaan Sekolah Otonom di Yayasan
Nara Kreatif adalah program pendidikan alternatif untuk pemberdayaan anak
jalanan yang tidak mampu dalam hal ekonomi untuk melanjutkan pendidikan. Proses
pelaksanaan Sekolah Otonom ini hampir sama dengan sekolah formal pada umumnya, yaitu
proses belajar mengajar di dalam kelas yang dibimbing oleh seorang guru yang
disebut pengajar. Di kelas mereka diberikan pelajaran seperti, Matematika,
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPS, IPA, Pendidikan agama, PKN dan
keterampilan komputer. Selain itu, mereka diajarkan membuat keterampilan daur
ulang dari beberapa bahan-bahan seperti kertas, enceng gondok, kedebong pisang
dan bahan-bahan lainnya yang nantinya dapat diperjual-belikan. Hasil dari daur
ulang tersebut dipergunakan untuk keperluan pendidikan di Yayasan Nara Kreatfi
itu sendiri.
2.
Hasil yang didapat dari pelaksanaan
sekolah otonom tersebut dapat dilihat dari keterampilan, sikap, perilaku, agama
dan kreasi anak-anak yang semakin meningkat, walaupun sekolah otonom ini
dilaksanakan pada malam hari.
LAMPIRAN






[1] Triyanti dan
Maria April Astuti Anny, Pemberdayaan Anak Jalanan di DKI Jakarta, (Universitas
Indonesia Program Studi Sosiologi, 2002), h. 3.
[2]
Syarifudin Zuhri, Peran Keluarga dalam Pendidikan Akhlak Anak
Jalanan, (Semarang : Skripsi Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri
Walisongo Semarang, 2011), h. 1.
[3]
Odi Shalahudin, Di Bawah Bayang-bayang Ancaman : Dinamika
Kehidupan Anak Jalanan, (Semarang : Yayasan Setara, 2004), h. 18.
[4]
Fenny Oktaviany, Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Program
Sekolah Otonom Oleh Sanggar Anak Akar di Gudang Seng Jakarta Timur, (Jakarta
: Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, 2010), h. 3.
[5]
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 7.
[6]
H. Syamsir Salam dan Jaenal
Aripin, Metodologi Penelitian Sosial,
(Jakarta : UIN Jakarta Press, 2006), h. 13.
[7]
Wardi Bachtiar, Metode Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta
: Logos, 1997), cet Ke-1, h. 24.
[8]
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009), h.
241.
[9]
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan
Masyarakat, (Bandung : PT Refika Aditama, 2009), h. 58.
[10]
Bambang Sutrisno, Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan
Ekonomi Kerakyatan dalam Akses Peran Serta Masyarakat, Lebih Jauh Memahami
Community Development, (Jakarta : ICSD, 2003), h. 133.
[11]
Fenny Oktaviany, Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Program
Sekolah Otonom Oleh Sanggar Anak Akar di Gudang Seng Jakarta Timur, (Jakarta
: Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, 2010), h. 23.
[13]
Dysa Restiani, Strategi Pelayanan Sosial Anak Jalanan
Melalui Pendampingan Luar Lembaga, (Jakarta : Skripsi Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, 2014), h. 25.
[14]
Fenny Oktaviany, Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Program
Sekolah Otonom Oleh Sanggar Anak Akar di Gudang Seng Jakarta Timur, (Jakarta
: Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, 2010), h. 35.
[15]
ceritakoeuntukmoe.blogspot.com/2015/01/pemuda-pengagas-yayasan-nara-kreatif.html?m=1,
diunduh tanggal 23 Januari 2015.
[16]
Balingbo-Ayo-bantu-dan-dukung-yayasan-Nara-Kreatif.html,
diunduh tanggal 27 Januari 2015.
[17]
Narakreatif.co.id, diunduh
tanggal 24 Maret 2015.
0 komentar:
Posting Komentar