BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sejarah kesehatan mental tidaklah sejelas sejarah ilmu
kedokteran karena masalah mental bukan merupakan masalah fisik yang dengan
mudah dapat diamati dan terlihat berbeda dengan gangguan fisik yang dapat
dengan relative mudah dideteksi, orang yang mengalami gangguan kesehatan mental
sering kali tidak terdeteksi sekalipun oleh anggota keluarganya sendiri. Hal
ini lebih karena mereka sehari-hari hidup bersama sehingga tingkah laku -
tingkah laku yang mengindikasikan gangguan mental dianggap hal yang biasa,
bukan sebagai gangguan.
Khusus untuk masyarakat Indonesia, masalah kesehatan
mental saat ini belum begitu mendapat perhatian yang serius. Krisis yang saat
ini melanda membuat perhatian terhadap kesehtan mental kurang terpikirkan.
Tingkat pendidikan yang beragam dan terbatasnya pengetahuan mengenai perilaku
manusia turut membawa dampak bahwa kurangnya kepekaan masyarakat terhadap
anggotanya yang mesti mendapat pertolongan di bidang kesehatan mental. Oleh
karena itu kami pemakalah akan membahas mengenai kesehatan mental dalam hal
pengertian, kriteria sehat mental, sehat versi abnormal dan indikator sehat
menurut WHO.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa pengertian kesehatan mental ?
2. Apa sehat versi abnormal ?
3. Sebutkan 4 indikator sehat menurut WHO ?
4. Apa kriteria sehat mental ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian kesehatan mental.
2. Memahami sehat versi abnormal.
3. Mengetahui 4 indikator sehat menurut WHO.
4. Mengetahui kriteria sehat mental.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesehatan
Mental
1.
Pengertian Kesehatan Mental
Banyak
pengertian dan definisi tentang kesehatan mental yang diberikan oleh
para ahli sesuai dengan pandangan di bidangnya
masing-masing. Dalam buku Kesehatan Mental
karangan Dr.Zakiah Daradjat terdapat empat buah
rumusan kesehatan jiwa yang lazim dianut para ahli. Keempat rumusan tersebut
disusun mulai dari rumusan-rumusan yang khusus sampai dengan yang lebih umum.
a. Kesehatan
mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit
jiwa (psychose).
b. Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri
sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup.
c. Kesehatan
mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan
memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin,
sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain, serta terhindar dari
gangguan-gangguan dan penyakit jiwa.
d. Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan
yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan
untuk menghadapi problem-problem yang biasa terjadi, dan merasakan secara
positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.[1]
2.
Sehat Versi Abnormal
Menurut Dr.Kartini Kartono Pribadi yang normal itu pada umumnya memiliki
mental yang sehat, sedangkan pribadi yang abnormal biasanya memiliki mental
yang tidak sehat. Namun demikian, pada hakekatnya konsep mengenai normalitas
dan abnormalitas itu sangat samar-samar batasnya. Sebab pola kebiasaan dan
sikap hidup yang dirasakan normal oleh suatu kelompok tertentu, bisa dianggap
abnormal oleh kelompok lainnya. Akan tetapi apabila satu tingkah laku itu
begitu mencolok dan sangat berbeda dengan tingkah laku umum (biasa pada
umumnya), maka kita akan menyebutnya sebagai abnormal.[2]
3.
4 Indikator Sehat Menurut WHO (World Health
Organization)
Pengertian
sehat menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu keadaan kondisi fisik, mental, dan
kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan.[3]
Terdapat 4 indikator sehat menurut WHO yaitu :
a. Sehat fisik atau jasmani.
Sehat jasmani adalah komponen utama dalam makna sehat sepenuhnya,
berbentuk sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bercahaya, rambut
tersisir rapi, kenakan pakaian rapi, berotot, tak gemuk, nafas tak bau, selera
makan baik, tidur nyenyak, gesit serta semua manfaat fisiologi badan jalan
normal.
b. Sehat psikologis atau mental.
Sehat Mental serta sehat jasmani senantiasa dikaitkan keduanya dalam
pepatah kuno Men Sana In Corpore Sano yang berarti Jiwa yang sehat ada didalam
badan yang sehat. Atribut seseorang insan yang mempunyai mental yang sehat
yaitu seperti berikut :
1)
Senantiasa
merasa senang dengan apa yang ada pada dianya, tak sempat menyesal serta kasihan
pada dirinya sendiri, senantiasa senang, enjoy serta mengasyikkan dan tak ada
sinyal tanda konflik kejiwaan.
2)
Bisa bergaul
dengan baik serta bisa terima kritik dan tak gampang tersinggung serta geram,
senantiasa pengertian serta toleransi pada keperluan emosi orang lain.
3)
Bisa mengontrol
diri serta tak gampang emosi dan tak gampang takut, cemburu, tidak suka dan
hadapi serta bisa merampungkan persoalan dengan cara cerdik serta bijaksana.
c. Sehat sosial.
Batasan kesejahteraan sosial yang ada di tiap-tiap area atau negara
susah diukur serta benar-benar bergantung pada kultur, kebudayaan serta tingkat
kemakmuran penduduk setempat. Dalam makna yang lebih hakiki, kesejahteraan
sosial yaitu situasi kehidupan berbentuk perasaan aman damai serta sejahtera,
cukup pangan, sandang serta papan. Dalam kehidupan penduduk yang sejahtera,
penduduk hidup teratur serta senantiasa menghormati kebutuhan orang lain dan
penduduk umum.
d. Sehat agama atau spiritual.
Spiritual adalah komponen penambahan pada pengertian sehat oleh WHO serta
mempunyai makna utama dalam kehidupan keseharian penduduk. Tiap-tiap individu
butuh memperoleh pendidikan resmi ataupun informal, peluang untuk liburan,
mendengar alunan lagu serta musik, siraman rohani seperti ceramah agama serta
yang lain supaya berlangsung keseimbangan jiwa yang dinamis serta tak monoton.[4]
4.
Kriteria Sehat Mental
Orang yang sehat mentalnya adalah
orang-orang yang mampu merasakan kebahagian dalam hidup, karena orang-orang
inilah yang dapat merasa bahwa dirinya berguna, berharga dan mampu menggunakan
segala potensi dan bakatnya semaksimal mungkin, yang membawa kebahagiaan
bagi dirinya sendiri dan orang lain. Di samping itu, ia mampu
menyesuaikan diri dalam arti yang luas (dengan dirinya, orang lain, dan suasana
sekitar). Orang-orang inilah yang terhindar dari kegelisahan dan gangguan jiwa,
serta tetap terpelihara moralnya.[5]
Maka orang yang sehat mentalnya,
tidak akan merasa ambisius, sombong, rendah diri dan apatis, tapi ia adalah
wajar, menghargai orang lain, merasa percaya kepada diri sendiri dan selalu
gesit. Setiap tindak dan tingkah lakunya, ditunjukkan untuk mencari kebahagiaan
bersama, bukan kesenangan dirinya sendiri. Kepandaian dan pengetahuan yang
dimilikinya digunakan untuk kemanfaatan dan kebahagiaan bersama. Kekayaan
dan kekuasaan yang ada padanya, bukan untuk bermegah-megahaan dan mencari
kesenangan diri sendiri, tanpa mengindahkan orang lain, akan tetapi
digunakannya untuk menolong orang yang miskin dan melindungi orang yang lemah.
Seandainya semua orang sehat mentalnya, tidak akan ada penipuan, penyelewengan,
pemerasan, pertentangan dan perkelahian dalam masyarakat, karena mereka
menginginkan dan mengusahakan semua orang dapat merasakan kebahagiaan, aman
tentram, saling mencintai dan tolong-menolong.[6]
Ada beberapa kriteria pribadi yang normal menurut
Maslow dan Mittelman, yaitu :
a.
Memiliki
perasaan aman yang tepat. Dalam suasana sedemikian dia mampu mengadakan kontak
yang lancar dengan orang lain dalam bidang kerja, di lapangan sosial dan di
lapangan keluarga.
b.
Memiliki
penilaian diri dan wawasan rasional. Juga punya harga diri yang cukup, dan
tidak berkelebihan. Memiliki perasaan sehat secara moril dan memiliki kemampuan
untuk menilai tingkah laku orang lain yang menyimpang.
c.
Memiliki
spontanitas dan emosionalitas yang tepat. Ia mampu menciptakan hubungan yang
erat, kuat, dan lama seperti, persahabatan, komunikasi sosial dan relasi cinta.
Dia mampu mengekspresikan rasa kebencian dan kekesalan hatinya, tanpa
kehilangan kontrol terhadap diri sendiri.
d.
Mempunyai kontak
dengan relitas secara efisien. Yaitu kontak dengan dunia fisik/materil, tanpa
ada fantasi dan angan-angan yang berlebihan. Ia punya kontak dengan dunia
sosial, karena memiliki pandangan hidup yang realitis dan cukup luas tentang
dunia manusia. Ia memiliki kemampuan untuk menerima macam-macam cobaan hidup
dan kejutan-kejutan hidup dengan rasa besar hati, seperti sakit, fitnah, mala
petaka dan nasib-nasib buruk lainnya.
e.
Dia memliki
dorongan-dorongan dan nafsu-nafsu jasmaniah yang sehat, serta memiliki
kemampuan untuk memenuhi dan memuaskannya. Ada attitude yang sehat untuk
memenuhi dan memuaskannya. Ada sikap yang sehat terhadap tuntutan-tuntutan
jasmani tersebut, dan ia mampu memnuhinya, akan tetapi ia tidak diperbudak oleh
dorongan-dorongan dan nafsu-nafsu tersebut.
f.
Mempunyai
pengetahuan diri yang cukup. Ia menyadari nafsu-nafsu dan hasratnya, cita-cita
dan tujuan hidupnya yang realistis, dan bisa membatasi ambisi-ambisi dalam
batas kenormalan.
g.
Memiliki
kemampuan untuk belajar dari pengalaman hidupnya.
h.
Ada kesanggupan
untuk memuaskan tuntutan-tuntutan dan kebutuhan-kebutuhan dari kelompoknya
tempat ia berada.
i.
Ada sikap
emansipasi yang sehat terhadap kelompoknya dan terhadap budayanya. Namun
demikian dia masih tetap memiliki keaslian serta individualitas yang khas, dan
bisa membedakan antara perbuatan buruk dan yang baik.
Kriteria-kriteria di atas merupakan ukuran ideal.
Dalam pengertian merupakan standar yang relative tinggi sifatnya. Seorang yang
normal itu tidak bisa diharapkan memenuhi dengan mutlak kriteria tersebut.
Sebab pada umumnya setiap manusia normal pasti memiliki kekurangan-kekurangan
dalam beberapa segi kehidupannya. Namun demikian dia tetap memiliki kesehatan
mental yang cukup baik, sehingga bisa digolongkan dalam khas normal.[7]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam buku Kesehatan Mental karangan Dr.Zakiah
Daradjat terdapat empat buah rumusan kesehatan jiwa
yang lazim dianut para ahli. Keempat rumusan tersebut disusun mulai dari
rumusan-rumusan yang khusus sampai dengan yang lebih umum.
a. Kesehatan
mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit
jiwa (psychose).
b. Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri
sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup.
c. Kesehatan
mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan
memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin,
sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain, serta terhindar dari
gangguan-gangguan dan penyakit jiwa.
Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan
yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan
untuk menghadapi problem-problem yang biasa terjadi, dan merasakan secara
positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.
[2] Kartini Kartono, Psikologi
Abnormal dan Abnormalitas Seksual, (Bandung: Mandar Maju, 2009), h. 2.
0 komentar:
Posting Komentar