Jumat, 06 November 2015

Pengertian Kesehatan Mental, Sehat Versi Abnormal, 4 Indikator Sehat Menurut WHO dan Kriteria Sehat Mental

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sejarah kesehatan mental tidaklah sejelas sejarah ilmu kedokteran karena masalah mental bukan merupakan masalah fisik yang dengan mudah dapat diamati dan terlihat berbeda dengan gangguan fisik yang dapat dengan relative mudah dideteksi, orang yang mengalami gangguan kesehatan mental sering kali tidak terdeteksi sekalipun oleh anggota keluarganya sendiri. Hal ini lebih karena mereka sehari-hari hidup bersama sehingga tingkah laku - tingkah laku yang mengindikasikan gangguan mental dianggap hal yang biasa, bukan sebagai gangguan.
Khusus untuk masyarakat Indonesia, masalah kesehatan mental saat ini belum begitu mendapat perhatian yang serius. Krisis yang saat ini melanda membuat perhatian terhadap kesehtan mental kurang terpikirkan. Tingkat pendidikan yang beragam dan terbatasnya pengetahuan mengenai perilaku manusia turut membawa dampak bahwa kurangnya kepekaan masyarakat terhadap anggotanya yang mesti mendapat pertolongan di bidang kesehatan mental. Oleh karena itu kami pemakalah akan membahas mengenai kesehatan mental dalam hal pengertian, kriteria sehat mental, sehat versi abnormal dan indikator sehat menurut WHO.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian kesehatan mental ?
2.      Apa sehat versi abnormal ?
3.      Sebutkan 4 indikator sehat menurut WHO ?
4.      Apa kriteria sehat mental ?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui pengertian kesehatan mental.
2.      Memahami sehat versi abnormal.
3.      Mengetahui 4 indikator sehat menurut WHO.
4.      Mengetahui kriteria sehat mental.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kesehatan Mental
1.      Pengertian Kesehatan Mental
Banyak pengertian dan definisi tentang kesehatan mental  yang diberikan oleh para ahli sesuai dengan pandangan di bidangnya masing-masing. Dalam buku Kesehatan Mental karangan Dr.Zakiah Daradjat terdapat empat buah rumusan kesehatan jiwa yang lazim dianut para ahli. Keempat rumusan tersebut disusun mulai dari rumusan-rumusan yang khusus sampai dengan yang lebih umum.
a.       Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose).
b.      Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup.
c.       Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain, serta terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa.
d.      Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang biasa terjadi, dan merasakan secara positif  kebahagiaan dan kemampuan dirinya.[1]

2.      Sehat Versi Abnormal
Menurut Dr.Kartini Kartono Pribadi yang normal itu pada umumnya memiliki mental yang sehat, sedangkan pribadi yang abnormal biasanya memiliki mental yang tidak sehat. Namun demikian, pada hakekatnya konsep mengenai normalitas dan abnormalitas itu sangat samar-samar batasnya. Sebab pola kebiasaan dan sikap hidup yang dirasakan normal oleh suatu kelompok tertentu, bisa dianggap abnormal oleh kelompok lainnya. Akan tetapi apabila satu tingkah laku itu begitu mencolok dan sangat berbeda dengan tingkah laku umum (biasa pada umumnya), maka kita akan menyebutnya sebagai abnormal.[2]

3.      4 Indikator Sehat Menurut WHO (World Health Organization)
Pengertian sehat menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu keadaan kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.[3] Terdapat 4 indikator sehat menurut WHO yaitu :
a.       Sehat fisik atau jasmani.
Sehat jasmani adalah komponen utama dalam makna sehat sepenuhnya, berbentuk sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bercahaya, rambut tersisir rapi, kenakan pakaian rapi, berotot, tak gemuk, nafas tak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit serta semua manfaat fisiologi badan jalan normal.
b.      Sehat psikologis atau mental.
Sehat Mental serta sehat jasmani senantiasa dikaitkan keduanya dalam pepatah kuno Men Sana In Corpore Sano yang berarti Jiwa yang sehat ada didalam badan yang sehat. Atribut seseorang insan yang mempunyai mental yang sehat yaitu seperti berikut :
1)      Senantiasa merasa senang dengan apa yang ada pada dianya, tak sempat menyesal serta kasihan pada dirinya sendiri, senantiasa senang, enjoy serta mengasyikkan dan tak ada sinyal tanda konflik kejiwaan.
2)      Bisa bergaul dengan baik serta bisa terima kritik dan tak gampang tersinggung serta geram, senantiasa pengertian serta toleransi pada keperluan emosi orang lain.
3)      Bisa mengontrol diri serta tak gampang emosi dan tak gampang takut, cemburu, tidak suka dan hadapi serta bisa merampungkan persoalan dengan cara cerdik serta bijaksana.
c.       Sehat sosial.
Batasan kesejahteraan sosial yang ada di tiap-tiap area atau negara susah diukur serta benar-benar bergantung pada kultur, kebudayaan serta tingkat kemakmuran penduduk setempat. Dalam makna yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial yaitu situasi kehidupan berbentuk perasaan aman damai serta sejahtera, cukup pangan, sandang serta papan. Dalam kehidupan penduduk yang sejahtera, penduduk hidup teratur serta senantiasa menghormati kebutuhan orang lain dan penduduk umum.
d.      Sehat agama atau spiritual.
Spiritual adalah komponen penambahan pada pengertian sehat oleh WHO serta mempunyai makna utama dalam kehidupan keseharian penduduk. Tiap-tiap individu butuh memperoleh pendidikan resmi ataupun informal, peluang untuk liburan, mendengar alunan lagu serta musik, siraman rohani seperti ceramah agama serta yang lain supaya berlangsung keseimbangan jiwa yang dinamis serta tak monoton.[4]

4.      Kriteria Sehat Mental
Orang yang sehat mentalnya adalah orang-orang yang mampu merasakan kebahagian dalam hidup, karena orang-orang inilah yang dapat merasa bahwa dirinya berguna, berharga dan mampu menggunakan segala potensi dan bakatnya semaksimal mungkin, yang membawa kebahagiaan bagi  dirinya sendiri dan orang lain. Di samping itu, ia mampu menyesuaikan diri dalam arti yang luas (dengan dirinya, orang lain, dan suasana sekitar). Orang-orang inilah yang terhindar dari kegelisahan dan gangguan jiwa, serta tetap terpelihara moralnya.[5]
Maka orang yang sehat mentalnya, tidak akan merasa ambisius, sombong, rendah diri dan apatis, tapi ia adalah wajar, menghargai orang lain, merasa percaya kepada diri sendiri dan selalu gesit. Setiap tindak dan tingkah lakunya, ditunjukkan untuk mencari kebahagiaan bersama, bukan kesenangan dirinya sendiri. Kepandaian dan pengetahuan yang dimilikinya digunakan untuk  kemanfaatan dan kebahagiaan bersama. Kekayaan dan kekuasaan yang ada padanya, bukan untuk bermegah-megahaan dan mencari kesenangan diri sendiri, tanpa mengindahkan orang lain, akan tetapi digunakannya untuk menolong orang yang miskin dan melindungi orang yang lemah. Seandainya semua orang sehat mentalnya, tidak akan ada penipuan, penyelewengan, pemerasan, pertentangan dan perkelahian dalam masyarakat, karena mereka menginginkan dan mengusahakan semua orang dapat merasakan kebahagiaan, aman tentram, saling mencintai dan tolong-menolong.[6]


Ada beberapa kriteria pribadi yang normal menurut Maslow dan Mittelman, yaitu :
a.       Memiliki perasaan aman yang tepat. Dalam suasana sedemikian dia mampu mengadakan kontak yang lancar dengan orang lain dalam bidang kerja, di lapangan sosial dan di lapangan keluarga.
b.      Memiliki penilaian diri dan wawasan rasional. Juga punya harga diri yang cukup, dan tidak berkelebihan. Memiliki perasaan sehat secara moril dan memiliki kemampuan untuk menilai tingkah laku orang lain yang menyimpang.
c.       Memiliki spontanitas dan emosionalitas yang tepat. Ia mampu menciptakan hubungan yang erat, kuat, dan lama seperti, persahabatan, komunikasi sosial dan relasi cinta. Dia mampu mengekspresikan rasa kebencian dan kekesalan hatinya, tanpa kehilangan kontrol terhadap diri sendiri.
d.      Mempunyai kontak dengan relitas secara efisien. Yaitu kontak dengan dunia fisik/materil, tanpa ada fantasi dan angan-angan yang berlebihan. Ia punya kontak dengan dunia sosial, karena memiliki pandangan hidup yang realitis dan cukup luas tentang dunia manusia. Ia memiliki kemampuan untuk menerima macam-macam cobaan hidup dan kejutan-kejutan hidup dengan rasa besar hati, seperti sakit, fitnah, mala petaka dan nasib-nasib buruk lainnya.
e.       Dia memliki dorongan-dorongan dan nafsu-nafsu jasmaniah yang sehat, serta memiliki kemampuan untuk memenuhi dan memuaskannya. Ada attitude yang sehat untuk memenuhi dan memuaskannya. Ada sikap yang sehat terhadap tuntutan-tuntutan jasmani tersebut, dan ia mampu memnuhinya, akan tetapi ia tidak diperbudak oleh dorongan-dorongan dan nafsu-nafsu tersebut.
f.       Mempunyai pengetahuan diri yang cukup. Ia menyadari nafsu-nafsu dan hasratnya, cita-cita dan tujuan hidupnya yang realistis, dan bisa membatasi ambisi-ambisi dalam batas kenormalan.
g.      Memiliki kemampuan untuk belajar dari pengalaman hidupnya.
h.      Ada kesanggupan untuk memuaskan tuntutan-tuntutan dan kebutuhan-kebutuhan dari kelompoknya tempat ia berada.
i.        Ada sikap emansipasi yang sehat terhadap kelompoknya dan terhadap budayanya. Namun demikian dia masih tetap memiliki keaslian serta individualitas yang khas, dan bisa membedakan antara perbuatan buruk dan yang baik.
Kriteria-kriteria di atas merupakan ukuran ideal. Dalam pengertian merupakan standar yang relative tinggi sifatnya. Seorang yang normal itu tidak bisa diharapkan memenuhi dengan mutlak kriteria tersebut. Sebab pada umumnya setiap manusia normal pasti memiliki kekurangan-kekurangan dalam beberapa segi kehidupannya. Namun demikian dia tetap memiliki kesehatan mental yang cukup baik, sehingga bisa digolongkan dalam khas normal.[7]





























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dalam buku Kesehatan Mental karangan Dr.Zakiah Daradjat terdapat empat buah rumusan kesehatan jiwa yang lazim dianut para ahli. Keempat rumusan tersebut disusun mulai dari rumusan-rumusan yang khusus sampai dengan yang lebih umum.
a.       Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose).
b.      Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup.
c.       Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain, serta terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa.
Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang biasa terjadi, dan merasakan secara positif  kebahagiaan dan kemampuan dirinya.



[1] Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta : PT Gunung Agung, 1985),  hal. 11.
[2] Kartini Kartono, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual, (Bandung: Mandar Maju, 2009), h. 2.
[3] http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-sehat-menurut-ahli-who.html

[4] artikel kesehatan blogger bugis, Minggu, Agustus 24, 2014.
[5] Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang 1970), h. 39.
[6] Ibid, hal, 40.
[7] Kartini Kartono, Ibid, h. 6.

0 komentar:

Posting Komentar

 

KUMPULAN MAKALAH KULIAH Template by Ipietoon Cute Blog Design