BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penyuluhan
berasal dari kata suluh, berarti sesuatu yang dinyalakan, seperti lilin,
obor yang sifatnya menerangi. Pada hakekatnya menerangi adalah sebuah usaha
untuk mengubah sesuatu yang gelap menjadi terang. Usaha mengubah gelap menjadi
terang, ketika dianalogikan dengan penyuluhan adalah usaha merubah perilaku
individu atau kelompok masyarakat dari ‘kegelapan’ pengetahuan, menjadi
pemahaman bagaimana melakukan partisipasi aktif dalam penyelenggaraan
kesejahteraan sosial.
Usaha
mengubah perilaku individu atau masyarakat luas dalam penyuluhan dilakukan
dengan pola-pola komunikasi tertentu yang sifatnya mempengaruhi / influence, pola komunikasi demikian
dikaterogikan dalam komunikasi persuasif. Komunikasi persuasif pada hakekatnya
mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku orang lain melalui kegiatan
komunikasi, baik secara verbal maupun non verbal. Menurut ahli komunikasi
K.Anderson, komunikasi persuasif didefinisikan sebagai perilaku komunikasi yang
mempunyai tujuan mengubah keyakinan, sikap atau perilaku.
Pada
saat kita memberikan penyuluhan, kita tidak hanya harus dapat berkomunikasi
dengan baik saja, tetapi kita juga harus mempunyai perencanaan program
penyuluhan agar penyuluhan yang ingin kita sampaikan sesuai dengan kebutuhan
khalayak. Salah satu faktor keberhasilan dalam memberikan penyuluhan adalah
dengan adanya proses atau tahapan-tahapan perencanaan program penyuluhan yang
sesuai dengan kebutuhan khalayak. Oleh karena itu, sebagai seorang penyuluh
sangat dibutuhkan membuat tahapan-tahapan atau proses penyuluhan sebelum terjun
langsung ke lapangan.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian proses perencanaan
program penyuluhan ?
2.
Sebutkan proses perencanaan program
penyuluhan ?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui pengertian proses perencanaan
program penyuluhan.
2.
Memahami proses perencanaan program
penyuluhan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Proses Perencanaan Program Penyuluhan
Menurut
Rejeki, konsep
perencanaan program penyuluhan memiliki tiga komponen konsep, yaitu
perencanaan, program dan penyuluhan. Masing–masing komponen tersebut di
jabarkan pengertiannya agar memudahkan dalam memahami pengertian konsep
perencanaan program penyuluhan.[1]
Perencanaan,
menurut Darmojuwono merupakan suatu proses kegiatan persiapan sistematik untuk
penyusunan kebijakan yang konsisten menuju tercapainya suatu tujuan tertentu.
Proses tersebut ditempuh oleh perencanaan guna mendapatkan beberapa keuntungan,
yaitu pertama, memperoleh gambaran arah dan pedoman. Kedua,
memperoleh gambaran potensi, prospek perkembangan, hambatan-hambatan
serta resikonya. Ketiga, memperoleh kesempatan memilih alternatif
terbaik dalam pencapaian tujuan. Kempat, memperoleh kemungkinan untuk
menyusun skala prioritas. Kelima, memperoleh tolak ukur untuk melakukan
evaluasi dan pengawasan.[2]
Menurut Boyle, Program adalah
produk yang dihasilkan dari semua kegiatan pemograman oleh pendidik profesional
dan pelajar yang terlibat, yang meliputi: analisis kebutuhan, perencanaan,
intruksi, promosi, evaluasi dan pelaporan. Sedangkan perencanaan program adalah suatu proses
pengambilan keputusan yang melalui analisis kritis situasi yang ada dan masalah
yang dihadapi, mengevaluasi berbagai alternatif untuk memecahkan
masalah-masalah tersebut serta memilih yang terbaik, menentukan prioritas
penting berdasarkan kebutuhan dan sumberdaya lokal dengan usaha kerjasama baik
pegawai maupun non-pegawai dengan tujuan memfasilitasi pertumbuhan dan
perkembangan individu dan masyarakat.[3]
Lawerence dalam
Mardikanto menyatakan bahwa perencanaan program penyuluhan menyangkut perumusan
tentang:
1.
Proses
perancangan program,
2.
Penulisan
perencanaan program,
3.
Rencana
kegiatan,
4.
Rencana pelaksanaan
program (kegiatan), dan
Menurut Rejeki,
Penyuluhan secara umum mempunyai pengertian sebagai suatu pendidikan yang
bersifat non-formal, bertujuan mengubah perilaku masyarakat dalam hal
pengetahuan, keterampilan, dan
sikap agar dapat memecahkan masalah yang dihadapi guna mencapai kehidupan yang
lebih baik.
Secara harfiah
pengertian perencanaan program penyuluhan yaitu sebagai proses pengambilan
keputusan yang menghasilkan suatu pernyataan tertulis mengenai situasi,
masalah, tujuan, dan cara mencapai tujuan untuk mengubah perilaku masyarakat ke
arah kehidupan yang lebih baik.[5]
B.
Proses
Perencanaan Program Penyuluhan
Pada
proses perencanaan program penyuluhan, sesungguhnya tidak ada ukuran yang baku
mengenai prosedur penyusunannya. Namun demikian, sebagai suatu program
pendidikan, perencanaan program penyuluhan dapat disusun sebagai proses
instruksional, seperti dalam penyusunan program-program pendidikan pada
umumnya. Menurut Gilley dan Eggland mengenai proses instruksional, proses
perencanaan program penyuluhan adalah diawali dengan penetapan orientasi
belajar atau menetapkan filosofinya. Kemudian diikuti dengan menciptakan
suasana belajar atau iklim belajar, mengukur kebutuhan, merumuskan tujuan dan
aktivitas belajar, memilih metode, teknik dan alat pengajaran dan yang terakhir
adalah mengadakan penilaian atau evaluasi terhadap program, pendidik dan warga
belajar.[6]
Tahap-tahap proses perencanaan program penyuluah tersebut dapat dirinci sebagai
berikut :
1.
Menetapkan filosofi penyuluhan
Filosofi
penyuluhan perlu ditetapkan secara jelas. Hal ini disebabkan karena filosofi
merupakan acuan dalam kegiatan penyuluhan, yaitu dengan memberi pedoman dan
mengarahkan berbagai diskusi dan kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu,
seorang perencana perlu mengkaji filosofi-filosofi penyuluhan. Pada hakekatnya,
filosofi itu mengarah pada peningkatan tiga kawasan, yaitu kawasan pengetahuan,
keterampilan dan sikap mental. Untuk memahami filosofi belajar mengajar
seseorang, dapat dengan cara menentukan :
a.
Pandangan seseorang terhadap materi yang
bersifat instruksional dan arti pentingnya keprofesionalan warga belajar maupun
pengalaman personal.
b.
Siap seseorang terhadap pengawasan yang
dilakukan oleh instruktur dan cara orang memproses informasi sering merujuk
pada kognisinya.[7]
Berdasarkan
dua hal tersebut, seorang ahli pendidikan dapat mengidentifikasi filosofi
proses belajar mengajar seseorang. Pada akhirnya filosofi seseorang dapat
menjadi penyaringan bagi tahap-tahap proses instruksional lainnya. Tanpa adanya
upaya mengkaitkan antara materi instruksional dan pengalaman seseorang atau
pengembangan materi dan latihan belajar serta pemilihan metode belajar tanpa
menyesuaikan dengan orientasi filosofi. Maka dapat menyebabkan ketidakcocokan
perencanaan dengan tujuan belajar. Sebagai contoh, banyak program-program
pelatihan maupun kegiatan belajar yang tidak memiliki kesesuaian antara
perencanaan dengan tujuan yang ingin dicapai.[8]
2.
Menciptakan suasana atau iklim belajar
Suasana
yang diciptakan adalah suasana yang demokratis. Dalam suasana demokratis komunikasi
dapat efektif. Hal ini disebabkan antara penyuluh dan warga belajar memerlukan
suasana yang akrab, bebas untuk berinteraksi. Meskipun demikian kedudukan
masing-masing harus tetap diperhatikan. Seorang ahli pendidikan perlu
memperhitungkan pentingnya hubungan kerja fungsional dengan warga belajarnya.
Ini berarti diperlukan suatu lingkungan yang meliputi ide dan perasaan. Warga
belajar akan merasa aman dan mengakui bahwa komunikasi dua arah dapat menjamin
terjadinya pertukaran ide dan perasaan. Lingkungan dengan suasana demikian
menyenangkan pihak-pihak yang mendukung proses belajar mengajar, mendukung
kesempatan terjadinya saling berbagi rasa dan bahkan dapat menuntun
pengembangan dari pihak-pihak yang terlibat tersebut.[9]
3.
Mengukur kebutuhan
Kebutuhan
berkaitan dengan masalah yang ingin dipecahkan. Kebutuhan ini perlu diukur
karena merupakan landasan untuk menetapkan tujuan dan kegiatan belajar.[10]
4.
Merumuskan tujuan dan kegiatan belajar
Setelah
mengukur kebutuhan, maka dilanjutkan dengan merumuskan tujuan belajar dan
kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut. adapun tujuan belajar adalah
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku atau kemampuan seseorang.
Kemudian dari tujuan tersebut diturunkan menjadi kegiatan belajar terpilih.[11]
5.
Memilih metode, teknik dan alat
pengajaran
Menurut
Gilley dan Eggland, pemilihan metode tergantung pada faktor-faktor berikut :
a.
Pokok bahasan
b.
Tujuan
c.
Ukuran kelompok
d.
Sarana yang tersedia
e.
Waktu yang tersedia
f.
Cara yang baik untuk menyajikan pokok
bahasan
g.
Kelompok pengetahuan dan pokok bahasan
h.
Jenis partisipasi yang diinginkan.
Adapun
beberapa metode penyuluhan tersebut adalah sebagai berikut :
a.
Ceramah
b.
Kelompok diskusi
c.
Bermain peran
d.
Studi kasus
e.
Permainan
f.
Demonstrasi
g.
Acara tanya jawab
6.
Mengadakan penilaian atau evaluasi
terhadap program, pendidik dan warga belajar
Hal-hal
yang dapat di evaluasi itu adalah reaksi warga belajar terhadap program,
terjadinya proses belajar, keberadaan perubahan perilaku dan peningkatan
prestasi atau upaya.[12]
Sedangkan
Menurut Azhar, Langkah-langkah pokok perencanaan bagi para penyuluh adalah:
1.
Menentukan masalah, tugas, tujuan dan
kebutuhan secara jelas,
2.
Mencari informasi secara lengkap yang
berhubungan dengan berbagai kegiatan,
3.
Mengobservasi, meneliti, menganalisis
dan mengklasifikasi informasi yang sudah terkumpul,
4.
Melaksanakan metode perencanaan yang
telah dibuat dengan menetapkan pelaksanaan rencana (memilih rencana yang diajukan
atau memantapkan perencanaan dan mempertimbangkan hambatan-hambatan dengan
berbagai kegiatan),
5.
Menetapkan planning alternatif,
6.
Memilih dan memeriksa rencana yang
diajukan,
7.
Membuat sintesis (metode/alternatif
penyelesaian),
8.
Mengatur urutan dan waktu rencana secara
terperinci dan
9.
Mengadakan evaluasi (penilaian).[13]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada
proses perencanaan program penyuluhan, sesungguhnya tidak ada ukuran yang baku
mengenai prosedur penyusunannya. Tetapi sebuah proses perencanaan program
sangat dibutuhkan dalam hal penyuluhan. Tahap-tahap proses perencanaan program
penyuluhan dapat dirinci sebagai berikut :
1.
Menetapkan filosofi penyuluhan,
2.
Menciptakan suasana atau iklim belajar,
3.
Mengukur kebutuhan,
4.
Merumuskan tujuan dan kegiatan belajar,
5.
Memilih metode, teknik dan alat
pengajaran,
6.
Mengadakan penilaian atau evaluasi
terhadap program, pendidik dan warga belajar.
Jika
kita melakukan penyuluhan sesuai dengan proses perencanaan program yang sudah
dibuat, maka penyuluhan yang ingin kita sampaikan dapat diterima dengan baik
oleh khalayak dan dapat bermanfaat bagi mereka.
[1] http://suluhmenyuluh.blogspot.co.id201311perencanaan-program-penyuluhan.html,
di unduh tanggal Jumat, 15 November 2013.
[2] Ibid.
[3]
Ibid.
[4] Ibid.
[5] Ibid.
[6] Ninik Sri Rejeki, Perencanaan Program Penyuluhan,
(Yogyakarta: Universitas Atmajaya Yogyakarta, 1998), h. 31.
[7] Ibid.
[8] Ibid.
[9] Ibid., h. 33.
[13] http://tabloidsinartani.comcontentreadmembuat-rencana-penyuluhan-yang-efektif,
di unduh tanggal 11 Maret 2015, pukul 06:57 WIB.