Oleh :
Hoirunnisa (BPI 6)
Menurut
Arifin (1994, 78) siswa-siswi ditingkat SLTA dan SLTP adalah tergolong kedalam
kelompok remaja. Dengan memperhatikan ciri-ciri perkembangan psikologis yang berada
dalam periode kegoncangan, akibat proses transisi antara periode kanak-kanak ke
periode usia dewasa, maka siswa pada tingkat ini sangat membutuhkan bimbingan
dan penyuluhan yang dapat menenangkan kegoncangan-kegoncangan batinnya. Mereka
sangat peka terhadap pengaruh faktor-faktor ekstern.
Kenakalan
remaja merupakan kenakalan remaja yang menyimpang dari berbagai pranata dan
norma yang berlaku umum. Baik yang menyangkut kehidupan masyarakat, tradisi,
maupun agama serta hukum. Ada beberapa faktor yang menjadi sumber sebab
kenakalan remaja, yaitu :
1.
Faktor
internal yaitu hal-hal yang bersifat intern yang berasal dari dalam remaja itu
sendiri. Contoh :
a.
Cacat
jasmaniah atau rohaniah
2.
Faktor
eksternal yaitu hal-hal yang mendorong timbulnya kenakalan remaja yang
bersumber dari luar diri pribadi remaja tersebut (Arifin, 1994).
Sedangkan menurut
Morissan (2010, 12), Ia berpendapat bahwa terdapat beberapa penyebab yang
mendorong orang memiliki tingkah laku tertentu, yaitu :
a.
Penyebab
situasional (orang dipengaruhi oleh lingkungannya).
b.
Adanya
pengaruh personal (ingin mempengaruhi sesuatu secara personal).
c.
Memiliki
kemampuan.
d.
Adanya
usaha (mencoba melakukan sesuatu).
e.
Memiliki
keinginan.
f.
Adanya
perasaan menyukai sesuatu.
g.
Rasa
memiliki atau ingin memiliki.
h.
Kewajiban
atau harus melakukan sesuatu.
i.
Diperkenankan
melakukan sesuatu.
Sebagai seorang
penyuluh harus mengetahui struktur program yang komprehensif dalam melakukan
penyuluhan. Menurut Yusuf dan Nurihsan (2006, 26), struktur program penyuluhan
dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis layanan, yaitu :
1.
Layanan
dasar bimbingan.
Layanan ini bertujuan
untuk membantu klien agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental
yang sehat dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya.
2.
Layanan
responsive.
Layanan ini bertujuan
untuk membantu klien memenuhi kebutuhannya yang dirasakan saat ini yang
dipandang mengalami hambatan. Layanan ini bersifat kuratif. Strategi yang
digunakan adalah konseling individual, konseling kelompok dan konsultasi.
3.
Layanan
perencanaan individual.
Layanan ini dapat
diartikan sebagai layanan bantuan kepada klien agar mampu membuat dan
melaksanakan perencanaan masa depannya, berdasarkan pemahaman dan kelemahan
dirinya.
4.
Dukungan
sistem.
Dukungan sistem
adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan memantapkan, memelihara dan
meningkatkan program penyuluhan secara menyeluruh melalui pengembangan
professional.
Menurut Arifin (1994,
101), program yang harus ditetapkan dalam menanggulangi kenakalan remaja adalah
:
1.
Ikhtiar
pencegahan yang bersifat umum, meliputi :
a.
Usaha
pembinaan pribadi remaja sejak masih dalam kandungan ibunya.
b.
Setelah
lahir, maka anak perlu diasuh dan didik dalam suasana yang stabil.
c.
Pendidikan
dalam lingkungan sekolah.
d.
Pendidikan
diluar sekolah.
e.
Perbaikan
lingkungan dan kondisi sosial.
2.
Usaha-usaha
yang bersifat khusus dan langsung, yaitu :
a.
Pengawasan
b.
Bimbingan
dan penyuluhan secara intensif.
Kegoncangan batin
yang menjadi ciri khas perkembangan hidup kejiwaan kaum remaja itu sering
menimbulkan berbagai keresahan, yang menyebabkan labilitas pikiran, perasaan,
kemauan, ingatan, serta ketegangan-ketegangan nafsu-nafsunya. Remaja pada
periode pubertas ini belum mencapai kematangan sikap dan pendirian. Sikap dan
pendiriannya mudah terpengaruh oleh angan-angannya yang bersifat khayali, yang
sering tidak sesuai dengan kenyataan hidup bermasyarakat. Dan akan lebih
dipersulit lagi oleh pengaruh pergaulan teman sebayanya yang kurang mendorong
kearah hidup menyesuaikan diri terhadap norma-norma agama dan masyarakat
sekitar. Keadaan lingkungan sekitar remaja puber yang bersifat negative akan
lebih mudah mempengaruhi tingkah laku yang negative pula. Dan sebaliknya,
keadaan lingkungan sekitar yang bersifat positif akan mendukung nilai-nilai
konstruktif atau membangun yang akan memberikan pengaruh positif pula.
Sebagai seorang
penyuluh, sebelum kita memberikan penyuluhan kepada anak-anak kalangan remaja,
kita harus mengetahui terlebih dahulu faktor-faktor apa yang menyebabkan remaja
tersebut melakukan sesuatu. Kemudian kita harus mempunyai cara-cara pendekatan
yang komprehensif dengan klien tersebut, agar klien dapat menceritakan
permasalahannya kepada kita. Kemudian, kita dapat merumuskan cara apa yang
dapat kita lakukan untuk menyelesaikan permasalahn tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin,
H M. 1994. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan
dan Penyuluhan Agama. Jakarta: PT Golden Terayon Press.
Nurihsan,
Juntika A dan Yusuf, Syamsu. 2006. Landasan
Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Morissan.
2010. Psikologi Komunikasi. Bogor: Ghalia
Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar